Ini akibat penyambungan rel dikerjakan secara tidak halus, masih ada tonjolan-tonjolan kecil di bekas ujung-ujungnya.
Jika di sisi dalam kepala rel sambungannya tidak halus, menonjol selebar 3 milimeter saja bisa membuat kereta berguncang keras.
Makin cepat kereta api melewatinya, makin kencang guncangannya, dan tetap terasa walau pada kelas kereta klutuk yang berjalan pelan.
Naik Whoosh sangat nyaman, boleh dikata mulus, tidak terasa ada perpindahan rel, tidak ada guncangan sama sekali, juga ketika masinis meningkatkan kecepatan keretanya.
Beda dengan berkendara di jalan layang MBZ di samping jalur Whoosh, yang jalurnya membuat penumpang kendaraan selalu terangguk-angguk.
Whoosh nyaman karena lebar kereta penumpangnya 3,36 meter dengan tinggi 4,05 meter, setiap rangkaiannya terdiri dari 8 kereta, yang bisa ditambah menjadi 16 kereta (dua rangkaian disatukan).
Tiap rangkaian dapat membawa 601 penumpang, terdiri dari 18 penumpang kelas VIP kursi 1 – 2, lalu 28 penumpang kelas satu konfigurasi 2 – 2, dan 555 penumpang kelas dua, 2 – 3 kursi satu baris.
Jendelanya lebar-lebar, walau ada beberapa tempat yang sebagian pandangan penumpangnya tertutup pilar.
Namun tempat duduknya, walau kelas dua, tetap nyaman, bisa direbahkan, ada tempat mengisi baterai ponsel, ada gantungan baju di dekat sisi jendela, dan captain seat, bersandaran lengan.
Berkecepatan tinggi namun tidak ada hentakan-hentakan saat masinis meningkatkan kecepatannya, saat masuk beberapa terowongan di sepanjang perjalanan.
Sebagian penumpang kereta milik PT KAI mungkin ada yang merasakan hentakan-hentakan ketika masinis mulai menjalankan kereta atau mengerem tiba-tiba.
Konon pada masa lalu, masinis menjalankan KA dengan kasar karena kiriman jatah makan belum juga sampai dari restorasi.
“Sampai pernah gelas-gelas di KM (kereta makan) berjatuhan,” kata seorang petugas restorasi, dahulu sekali.
Naik Whoosh, dijamin peningkatan kecepatan berlangsung dengan mulus. Pada 10 menit pertama kecepatannya sudah mencapai sedikitnya 110 km per jam. Terus meningkat hingga 350 km/jam, naik turun sesuai kontur alam yang dilewati.
Kecepatan tidak kendor ketika kereta mulai mendaki kawasan perbukitan ke arah Bandung yang elevasinya di atas 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).