Dengan begitu ikan dan karang dapat menyaring cairan limbah. Lalu air ditampung di kolam tandon yang berukuran lebih besar dari petak budidaya.
“Untuk menampung semua air buangan ditandon dan di-treatment untuk bisa dipakai lagi atau dibuang. Ini akan menghemat air tawar yang akan dipake dan dampak pencemar sudah dimanfaatkan oleh biota ekstraktif yang ada di sini. Jadi masuk laut udah relatif bersih. Tapi ini belum dimanfaatkan,” jelasnya.
Baca juga: Perda Larangan Tambak di Karimunjawa Telah Diundangkan, Tapi Pemda Belum Ambil Tindakan
Sejatinya, biaya pengolahan limbah tambak berkelanjutan itu sangat murah. Lalu hasil ikan, rumput laut, dan kerang juga dapat dijual.
“Alasan mereka tidak mau, kemungkinan satu, lahannya semua untuk budidaya. Tidak mau menyediakan lahan untuk biofilter atau untuk tandon. Padahal dalam budidaya pantai tandon hukumnya wajib. Tapi banyak yang menyepelekan dan dikira tidak bermanfaat,” bebernya.
Sri menambahkan, aktivitas pariwisata di Karimunjawa juga berdampak pada lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, khususnya limbah di septic tank.
“Kemudian ditambah limbah budidaya tambak intensif dan budidaya keramba. Jadi laut di Karimunjawa sudah jatuh tertimpa tangga,” katanya.
Sri menegaskan semestinya tambak tidak diizinkan. Pasalnya, Karimunjawa merupakan daerah konservasi terumbu karang. Bahkan ditetapkan sebagai Taman Nasional Karimunjawa.
Ia berharap dengan diundangkannya Perda RTRW yang melarang tambak udang, Pemkab Jepara segera menutup tambak untuk restorasi mangrove.
“Kalau mau duitnya harusnya ada kompensasi lingkungan. Tidak seperti ini membuang asal brrr aja. Harus ada tandon. Salah satu treatment yang bisa ditawarkan bio filter dan tandon. Dengan catatan luas tandon sebanding dengan luasan tambak. Kalau langsung dibuang akan habis Karimunjawa,” tandasnya.
Baca juga: Warga Karimunjawa Khawatir Keberadaan Tambak Udang Picu Krisis Air Bersih
Hal ini turut menjadi keresahan warga Karimunjawa. Warga Pelaku Wisata sekaligus Aktivis LSM Alam Karimun (AKAR), Datang mengakui, aktivitas tambak saat ini menyebabkan air sumur keruh dan menjadi asin.
“Karena ini daerah resapan, ada sumber mata air, pertanian, sumur dan tempat pengikat air tawar. Kalau ini dijadikan tambak pasti jadi ancaman dan terjadi intrusi air laut atau limbah tambak atau sebaliknya. Nah kekhawatiran kita sudah terjadi air sumur asin, tanaman mati,” tutur Datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.