Kebanyakan bangunan dalam kompleks itu disebutnya tidak mampu menopang panel solar dan perangkat tambahannya.
Kompleks PHM juga disebutnya punya keterbatasan lahan.
"Apalagi ada aturan baru yang mewajibkan untuk recycle (mendaur ulang) air limbah," sebut Ruslan.
Baca juga: Revisi Permen PLTS Atap Berpotensi Dorong Masyarakat Keluar dari Jaringan PLN
Selain itu, investasi awal yang harus dikeluarkan untuk membangun PLTS disebut besar.
Supply Chain Management Pertamina Hulu Mahakam Sukardi mengatakan, Total mengeluarkan biaya sekitar 1 juta euro untuk membangun PLTS on grid itu.
Jumlah investasi diperkirakan bisa berkali lipat jika yang dibangun adalah PLTS off grid.
"Kalau off grid bisa 22 juta euro," kata Sukardi.
Baca juga: Perusahaan Energi UEA Bakal Bangun Proyek PLTS Terapung Senilai Rp 1,7 Triliun di Indonesia
Kendati demikian, Institute for Essential Services Reform (IESR) tetap mendorong Pertamina Hulu Mahakam untuk lebih masif dalam pemanfaatan tenaga surya.
Diharapkan, PLTS baru dibangun tidak hanya di atap-atap bangunan dalam kompleks tersebut.
"Tidak hanya di atap namun juga bisa secara ground-mounted di lahan untuk skala yang lebih besar," sebut Analis IESR, Alvin Sisdwinugraha.
"Pemanfaatan PLTS ini tak hanya berpotensi mengurangi biaya operasional dari konsumsi listrik, namun juga menegaskan komitmen terhadap pengembangan energi baru dan terbarukan," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.