Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Walima, Perayaan Maulid Nabi yang Jadi Magnet Wisata di Desa Bongo

Kompas.com - 12/09/2023, 09:59 WIB
Rosyid A Azhar ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Bongo bergembira mendapat bantuan Rp 120 juta dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bachtiar Junus Ayahanda (sebutan untuk kepala desa di Gorontalo) yang menerima bantuan ini akan menyerahkan kepada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang akan mengelolanya, termasuk untuk kegiatan kaum wanita.

"Bantuan yang kami terima kemarin akan digunakan untuk pengembangan usaha warga, termasuk kelompok ibu-ibu pengajian," kata Bachtiar, Selasa (12/9/2023).

Desa Bongo mendapat bantuan dana ini setelah meraih juara kedua nasional kategori Desa Wisata Berkembang pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Baca juga: Diwisuda Sendirian karena Kesiangan, Rivaldo: Orangtua Saya Marah, Tidak Tahu Saya Tidur di Kos

Awalnya, Desa Bongo merupakan desa terpencil di tepi pantai, wilayah daratannya berupa perbukitan kapur tandus yang nyaris tidak bisa ditanami kecuali sedikit kelapa.

Warga mengandalkan kehidupan dari laut, menjadi nelayan tradisional.

Sebagai desa yang jauh dari ibu kota kabupaten, penduduk Bongo tidak banyak terpengaruh budaya luar.

Mereka adalah penganut Islam yang taat, setiap tahun mereka mengadakan walima, tradisi lama leluhur mereka. Walima adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad.

"Pada perayaan walima ini, warga membuat kue dan makanan yang akan diantar ke masjid," ujar Bachtiar.

Ada 3 masjid di desa ini, ketiganya menyelenggarakan perayaan di waktu yang berbeda.

Tidak heran jika sepanjang Rabiul Awal bulan kelahiran Nabi, desa ini ramai dengan banyak kegiatan.

"Pesta perayaan Maulid Nabi di tiga masjid ini selalu ramai, warga desa tetangga akan datang ke masjid melantunkan pujian dan membaca sejarah kelahiran Nabi dalam bahasa Arab dan Gorontalo," ucap Bachtiar.

Puja-puji kepada Nabi ini disebut dikili, salah satu tradisi lisan Gorontalo yang masih lestari hingga kini.

Baca juga: Seluruh Kabupaten Gorontalo Terdampak Kekeringan, 3 Kecamatan Paling Parah

 

Kecintaan pada tradisi inilah yang mengantarkan desa tandus ini menjuarai desa wisata tingkat nasional.

Warga Bongo membuktikan dengan pariwisata mereka mampu muncul di pentas nasional, secara perlahan mampu menguatkan ekonomi warga, memberi harapan di masa depan.

Desa hanya mengandalkan perayaan walima sebagai magnit wisata yang dilaksanakan setiap tahun sekali.

 

 

Peran wanita 

Dalam perayaan ini, setiap keluarga membawa kue dan makanan yang ditata dalam satu usungan khas ke masjid pada pagi hari.

Prosesi arak-arakan usungan kue dan makanan inilah yang kemudian menjadi parade walima.

Peran kaum wanita sangat penting dalam prosesi ini, sejak sepekan sebelum kegiatan merekalah yang membuat kue kering yang bisa disebut kolombengi.

Di dapur atau belakang rumah, para wanita sibuk mencetak kue dengan beragam rupa, seperti bentuk ikan.

Setiap keluarga memproduk banyak kue, tidak hanya untuk keperluan di bawa ke masjid saja, mereka juga menyisihkan untuk oleh-oleh keluarga atau siapa saja yang datang ke rumah untuk merayakan walima.

Kue kolombengi ini awalnya hanya dibuat untuk keperluan perayaan walima di masjid, namun saat ini sejumlah keluarga telah memproduksi kue sebagai oleh-oleh untuk wisatawan yang berkunjung di desa ini.

Bagi Yusni Maruf, salah seorang warga Bongo, wanita memiliki peran penting dalam pemajuan pariwisata di desanya.

Di tangan merekalah banyak keputusan harus diambil saat para lelaki berada di laut mencari ikan.

“Sejak dulu kami dituntut mampu menyelesaikan masalah dan terlibat dalam kegiatan desa,” ujar Yusni.

Yusni telah memiliki kedai suvenir dan makanan ringan untuk wisatawan, yang ia rintis dari usaha yang sederhana, yaitu menyediakan kopi dan kue kolombengi.

Seiring banyaknya wisatawan yang berkunjung kedainya semakin membesar dan ramai dikunjungi wisatawan terutama pada akhir pekan.

Ada 3 obyek wisata yang selalu ramai dikunjungi warga, wombohe walima yang berupa bangunan kayu berbentuk tolangga atau usungan kue walima, masjid walima emas yang berada di puncak bukit kapur dan Pantai Dulanga.

"Sekarang sudah banyak ibu-ibu yang memiliki usaha pembuatan kue kolombengi, melalui bantuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini kami mencoba menguatkan usaha mereka," kata Bachtiar.

Untuk membantu penguatan ekonomi warganya, Pemerintah Desa Bongo merangkul perguruan tinggi.

Melalui program kuliah kerja nyata (KKN) para perempuan Bongo mendapat bimbingan teknis dan pelatihan usaha skala rumah tangga.

Seperti yang dilakukan oleh Dita Alhabsyi, mahasiswa peserta KKN Universitas Negeri Gorontalo yang membangun posko di desa ini.

Baca juga: Menikmati Hangatnya Wedang Jahe Rempah Mbah Jo, Resepnya Didapat dari Koran, Kini Melegenda di Kota Semarang

Ia bersama kelompoknya mendampingi pelaku usaha rumah tangga melalui berbagai kegiatan penguatan produk.

Setidaknya ada 3 produk kue yang menjadi andalan desa ini, kue ini adalah kolombengi yang sudah terkenal, sukade dan rodaroda.

Dita berharap mampu menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk kemajuan wisata desa Bongo.

Penguatan kelompok usaha melalui basis kaum wanita memang tepat, dunia kuliner di desa ini digerakkan oleh para perempuan tangguh.

Merekalah yang selama ini berperan penting dalam menyukseskan perayaan walima, melayani ribuan orang yang datang untuk mencari keberkahan di masjid desa.

Kolaborasi dengan perguruan tinggi ini juga memberi percepatan kemajuan desa.

Dana bantuan Rp 120 juta yang diterima Pokdarwis Bongo ini menjadi penyemangat kaum wanita.

 

Mereka bergembira saat Rizki Handayani Mustafa Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyerahkan langsung di Kantor Desa Bongo.

Rizki mengatakan, bantuan ini diserahkan karena Desa Bongo masuk dalam 50 desa di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

"Kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Desa Bongo terpilih karena di daerah ini miliki cerita yang luar biasa, memiliki keunikan dan ciri khas," kata Rizki.

Rizki menilai, kekayaan budaya desa ini sangat memikat. Tradisi lisan, pengetahuan warga, hingga kearifan lokal harus didokumentasikan.

Baca juga: Duduk Perkara Ketua DPC Gerindra Semarang Pukul Kader PDI-P, Ribut Masalah Bendera

"Setiap desa unik, keunikan ini menjadi daya tarik wisatawan," tutur Rizki.

Menurutnya pengetahuan warga desa terkait resep makanan tradisional yang dimiliki kaum wanita desa juga harus dituliskan.

"Orang sekarang berwisata ingin mencoba makanan tradisional, keistimewaan menu ini harus dipertahakankan dengan cara ditulis," tutur Rizki.

Dengan menuliskan kekayaan budaya ini akan menguatkan keunikan dan kekhasan desa Bongo. Ciri khas inilah yang menjadikan desa ini dikunjungi wisatawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com