Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sampah di Dataran Tinggi Dieng, Dulu Jadi Masalah, Kini Bawa Berkah

Kompas.com - 06/09/2023, 10:38 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Di balik keindahan alam dataran tinggi Dieng, menyimpan persoalan yang bisa menjadi bom waktu.

Selama puluhan tahun kawasan itu tidak memiliki sistem pengelolaan sampah. Berton-ton sampah dari masyarakat dan wisatawan hanya dibuang begitu saja di sebuah lahan milik Perhutani.

Lama kelamaan lokasi itu berubah menjadi "gunung sampah". Keberadaan gunungan sampah itu pun mengganggu wisatawan yang berkunjung ke Kawah Sikidang karena menimbulkan bau menyengat.

Baca juga: Gunung Sampah di TPA Sukawinatan Palembang Terbakar

Komentar miring pun sering terdengar dari para wisatawan. Bahkan, dua orang menteri era Jokowi sempat menyebut kawasan Dieng kumuh.

Berangkat dari keprihatinan itu, masyarakat setempat mulai berbenah. Beberapa bulan lalu telah didirikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Sampah dari masyarakat dan wisatawan dipilah dan diolah agar memiliki nilai tambah.

"Permasalahan sampah di sini luar biasa, mungkin Dieng menjadi desa terbanyak penghasil sampah, apalagi kalau ada event," kata Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono saat ditemui, Selasa (5/9/2023).

Slamet mengatakan, persoalan sampah perlahan mulai terurai sejak didirikan hanggar pengolah sampah beberapa bulan lalu.

"Banyak wisatawan yang komplain. Sebelumnya kalau ke obyek wisata Kawah Sikidang itu tidak cuma aroma belerang, tapi aroma sampah juga dari sini," ujar Slamet.

Baca juga: Asalkan Kuat Tahan Bau, Jual Gorengan di Gunung Sampah Bantargebang Bisa Raup Jutaan Rupiah

Ketua TPST Dewanata Kabul Suwito mengatakan, setiap hari mengangkut sekitar 5 ton sampah, baik dari permukiman warga maupun obyek wisata.

"Sampah masuk ke mesin pemilah. Kemudian untuk sampah organik diolah menjadi pupuk," kata Kabul.

Kabul melanjutkan, saat ini sedang melakukan uji coba pupuk organik itu di lahan pertanian milik warga. Namun masih menemui kendala karena pupuk tercampur dengan partikel plastik.

"Untuk pupuk sedang kami uji coba untuk tanaman kentang milik warga, hasilnya cukup bagus. Nantinya kami akan memproduksi pupuk cair dan padat," kata Kabul.

Kabul mengatakan, saat ini ada 10 warga yang bekerja di TPST. Untuk mendukung operasional TPST, setiap warga atau pengelola tempat usaha dipungut biaya bervariasi.

"Warga biasa Rp 10.000 per bulan, homestay atau tempat usaha Rp 25.000 per bulan. Anggotanya sekarang 1.000 kepala keluarga, 50 persennya merupakan pelaku usaha," ujar Kabul.

Baca juga: Kisah Pedagang di Gunung Sampah Bantargebang Mengais Rezeki Ditemani Ribuan Lalat

Selain itu, pihaknya juga memungut iuran sampah kepada pendaki Gunung Prau dengan besaran Rp 750. Iuran itu dipotong dari setiap tiket pendakian yang terjual.

Menurut Kabul, keberadaan hanggar sampah ini juga membantu perekonomian warga yang terlibat.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, sedang mendorong terciptanya pariwisata hijau di Dieng.

"Awalnya bagaimana melihat ekosistem dibangun, aneh tempat wisata tapi kotor," kata Rony.

Untuk itu BI turun tangan memberikan bantuan dan pendampingan pengolahan sampah di Dieng. Menurut Rony saat ini baru tahap awal dan akan terus dikembangkan.

"Bagaimana merubah sampah menjadi uang, biar in line dengan pariwisata. Ekonomi hijau menjadi salah satu sumber perekonomian baru," ujar Rony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Regional
Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-Pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-Pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com