"Prosesnya tiga hari. Dan biasanya sekali dapat minimal 40 kilogram garam,"jelasnya.
Adapun untuk harga, garam gunung Krayan, dibanderol Rp 40.000 per kilogram bagi warga Pa'kebuan.
Ketika sudah keluar dari kampung, harganya menjadi Rp 50.000 per kilogram.
"Kalau rutin buat garam, seminggu bisa dapat Rp 3,2 juta. Tapi kan biasanya dipakai barter. Dijual ke Tarakan, Malinau dan lainnya, orang bilang terlalu mahal,"keluhnya
Simson menceritakan, saat ia memperkenalkan garam gunung ke Jakarta, tak sengaja bertemu dengan chef kondang di Indonesia, chef Bara.
Perkenalan tersebut menghasilkan buah indah di mana chef Bara menawarkan untuk ikut mempromosikan garam Krayan dan melakukan presentasi memasak menggunakan garam Krayan.
"Jadi saya sering chat sama chef Bara. Dia sering minta dikirim garam Krayan. Saya sering kirimkan itu ke Jakarta," tambahnya.
Tak sebatas itu, garam gunung Krayan juga sempat menjadi perhatian internasional.
Seperti dikatakan Simson, WWF pernah mengundang petani garam gunung Krayan, mempresentasekan pembuatan garam gunung di negara Brasil.
"Tapi teman saya yang wakilkan saya. Dia pandai bahasa Inggris, saya tidak,"kata Simson.
Menurut Simson, keinginan warga Krayan tidak muluk-muluk. Cukup membuka peluang pangsa pasar lokal, dan membantu sertifikasi halal bagi produk UMKM perbatasan tersebut.
"Selama ini masyarakat gerak sendiri. Tolonglah pemerintah bantu buatkan kami label halal di MUI. Supaya ada juga hasil bumi Krayan yang dikenal luas di luar sana,"kata Simson.
Ikuti terus liputan tim Ekspedisi Menjadi Indonesia, episode Kaltara Jantung Borneo dari Malinau menuju Krayan bersama rombongan Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang dengan mengklik tautan ini. Tim Kompas.com dalam liputan ini dibekali apparel dari Eiger.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.