Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bulan Penyanderaan Pilot Susi Air oleh KKB Egianus Kogoya

Kompas.com - 07/08/2023, 21:24 WIB
Dhias Suwandi,
Roberthus Yewen,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

"Kita lihat mediator dari dalam Indonesia belum berhasil membebaskan Philip. Butuh orang dari luar yang memang bebas dari kepentingan. Pihak netral yang disepakati, guna membebaskan pilot yang disandera," katanya.

Baca juga: Soal Tebusan Rp 5 Miliar untuk Pilot Susi Air, Jokowi: Progresnya Tidak Bisa Saya Sampaikan

Ketua Program Studi Pascasarjana Sosiologi Universitas Cenderawasih ini mengungkapkan, belum ada titik temu, terkait dengan pembebasan Pilot Susi Air.

"Belum ada komunikasi yang mencair. Belum ada forum komunikasi. Istilah masih menunggu. Hal ini yang terjadi selama ini dalam upaya pembebasan Pilot Philip," ucap Lefaan.

Dia menyebutkan ada sejumlah langkah untuk menyelesaikan konflik di tanah Papua.

Lefaan menyatakan, selama ini Otonomi Khusus (Otsus) yang diberlakukan sejak 2001 dan berjalan selama 20 tahun, dianggap belum memberikan ruang kepada kelompok-kelompok yang selama ini berseberangan.

"Perlu memberikan ruang kepada orang Papua, terutama pihak-pihak yang berseberangan, sehingga ikut terlibat dalam berbagai dimensi kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan, infrastruktur dan lain sebagainya," ujar guru besar ketiga di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih ini.

Baca juga: Wapres Sebut Negosiasi Pembebasan Pilot Susi Air untuk Hindari Korban

Dia menambahkan,pembangunan infrastruktur sosial seperti perumahan, jalan, jembatan, UMKM, air bersih, pembangunan sumber daya manusia (SDM) di tanah Papua harus terus dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Pembangunan infrastuktur sosial adalah sesuatu yang permanen yang harus dilakukan secara terus menerus. Karena konflik yang terjadi di Papua bersifat sementara, tetapi pembangunan infrastruktur sosial bagi masyarakat Papua harus dilakukan secara terus menerus," ucap Lefaan.

Lefaan menyampaikan, penyelesaian masalah di Papua tidak boleh sepotong-potong.

Namun, pembangunan harus dilakukan secara permanen dan berkelanjutan, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Papua.

"Pembangunan infrastruktur sosial secara permanen harus dilakukan secara terus menerus, tentunya dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal yang ada di Papua. Pendekatan sosial tak hanya teoritis, tetapi pendekatan sosial harus nyata di tengah-tengah masyarakat di tanah Papua," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Jadi Korban Banjir Sumbar, Ritawati: Saya Terus Memimpikan Suami yang Hilang

Jadi Korban Banjir Sumbar, Ritawati: Saya Terus Memimpikan Suami yang Hilang

Regional
Penampungannya Jadi Venue PON, Pengungsi Rohingya Dipindah dari Banda Aceh

Penampungannya Jadi Venue PON, Pengungsi Rohingya Dipindah dari Banda Aceh

Regional
Ada Perayaan Waisak 2024, Jam Kunjungan Wisata Candi Borobudur Berubah

Ada Perayaan Waisak 2024, Jam Kunjungan Wisata Candi Borobudur Berubah

Regional
Diduga Jadi Tempat Prostitusi, Belasan Warung Remang-remang di Brebes Disegel Warga

Diduga Jadi Tempat Prostitusi, Belasan Warung Remang-remang di Brebes Disegel Warga

Regional
Kala Prajurit Kopassus Dilantik Tanpa Didampingi Keluarga Usai Jalani Pendidikan di Nusakambangan

Kala Prajurit Kopassus Dilantik Tanpa Didampingi Keluarga Usai Jalani Pendidikan di Nusakambangan

Regional
Usai Santap Makanan Pengajian, Puluhan Warga di Brebes Keracunan Massal

Usai Santap Makanan Pengajian, Puluhan Warga di Brebes Keracunan Massal

Regional
Berkunjung ke Aceh, Menpora Diminta Tambah Anggaran PON Rp 531 Miliar

Berkunjung ke Aceh, Menpora Diminta Tambah Anggaran PON Rp 531 Miliar

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Regional
Tak seperti Pemilu, Peminat PPK dan PPS di Pilkada Menurun

Tak seperti Pemilu, Peminat PPK dan PPS di Pilkada Menurun

Regional
Mengenal Megathrust dan Hubungannya dengan Potensi Gempa dan Tsunami di Indonesia

Mengenal Megathrust dan Hubungannya dengan Potensi Gempa dan Tsunami di Indonesia

Regional
Usai Kecelakaan Maut Subang, Tim Gabungan Cek Kelayakan Bus Pariwisata di Banyumas

Usai Kecelakaan Maut Subang, Tim Gabungan Cek Kelayakan Bus Pariwisata di Banyumas

Regional
Soal 'Study Tour', Gibran: Jangan Dihilangkan

Soal "Study Tour", Gibran: Jangan Dihilangkan

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta, Gibran Bakal Salurankan Bantuan Meski Tak ber-KTP Solo

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta, Gibran Bakal Salurankan Bantuan Meski Tak ber-KTP Solo

Regional
Usai dari Lebak, 1.500 Warga Baduy Lanjutkan Perjalanan  Bertemu Pj Gubernur Banten

Usai dari Lebak, 1.500 Warga Baduy Lanjutkan Perjalanan Bertemu Pj Gubernur Banten

Regional
Kasus Penyerangan di Montong Lombok Barat, 2 Orang Ditetapkan Tersangka

Kasus Penyerangan di Montong Lombok Barat, 2 Orang Ditetapkan Tersangka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com