BENGKULU, KOMPAS.com - Rokayah Kaamai (54) seorang diri membuka kulit jengkol menggunakan sepotong kayu seukuran lengan di halaman rumah panggung kayu.
Di sekelilingnya berserakan kulit jengkol, dua tumpuk jengkol yang telah dikupas tertumpuk siap dimasukkan ke karung.
Rokayah merupakan warga Desa Meok, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Ia merupakan warga pendatang asal Lampung mencoba peruntungan di Pulau Enggano sejak 2015. Rokayah berstatus janda sejak suaminya setahun lalu meninggal dunia karena diabetes yang diderita.
"Saya tinggal sendiri di rumah ini. Tanahnya saya menumpang mendirikan rumah. Anak saya sudah menikah tinggal di Desa Banjarsari," kata Rokayah, Minggu (6/8/2023).
Rokayah menafkahi hidupnya dengan mengurus kebun jengkol dan pisang milik seseorang warga Kota Bengkulu.
Semasa hidupnya di Pulau Enggano, Rokayah mengaku tak mendapatkan jaminan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Sementara untuk BPJS dirinya tak mampu membayar iurannya.
"Suami meninggal setahun lalu. Selama sakit kami berobat menggunakan biaya sendiri karena tidak dapat KIS. Besar memang biayanya kami tanggung hingga suami saya meninggal dunia," kata Rokayah.
Dirinya pernah didata untuk mendapatkan KIS sekitar dua bulan lalu, namun belum ada kepastian apakah akan mendapatkan asuransi kesehatan.
"Belum dapat hingga sekarang KIS. Semogalah diri ini sehat selalu," harap dia.
Di rumahnya berdinding kayu telah dilengkapi listrik dengan beberapa buah lampu tempat tidur serta sumur yang jarang ia pakai karena dalam.
"Sumur dalam jadi saya manfaatkan air hujan untuk kebutuhan harian. Kalau kemarau saya minta air ke rumah anak di desa sebelah," terang dia.
Untuk kebutuhan makan bulanan Rokayah menerima bantuan pemerintah beras 10 kilogram serta uang Rp 200.000.
Nasib hampir sama juga dialami warga pulau lainnya Tarida Yani Siregar, juga tak mendapatkan KIS.
Saat menjadi peserta BPJS, ia tersendat membayar iurannya. Sehingga ketika suaminya Yahya Kauno mengalami kecelakaan dan harus dioperasi, tidak bisa menggunakan BPJS.
Saya lama tidak bisa bayar iuran BPJS sehingga kalau mau digunakan saya harua bayar tunggakan iuran totalnya Rp 15 juta," cerita Yani.
Modal nekat, menjual sedikit barang, serta meminjam di keluarga, Yani melunasi cicilan BPJS untuk biaya operasi suaminya.
Sejumlah perempuan lain juga mengakui ada yang mendapatkan KIS ada yang tidak.
Warga berharap pemerintah ke depan dapat meningkatkan layanan kesehatan untuk mereka terutama jaminan kesehatan yang mereka rasa berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.