Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meninjau Lokasi Penurunan Tanah di Pekalongan, dari Stadion Sepak Bola hingga Daerah Permukiman Terendam

Kompas.com - 30/07/2023, 22:22 WIB
Agie Permadi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

"Cuman di Pekalongan ini beban bangunannya belum terlalu banyak seperti di Jakarta, nah nanti kita cari faktornya seperti apa penyebabnya, itu mungkin dalam bentuk kajian yang perlu diketahui, sebab nanti untuk ketepatan memitigasi" tambahnya.

Tak hanya di Stadion Hoegeng, William juga mengajak Kompas.com ke lokasi penurunan tanah lainnya di wilayah Pekalongan, yakni di daerah Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara.

Berdasarkan pantauan, lokasi ini merupakan daerah pinggir pantai, ada satu wilayah yang ditunjuk William, sebuah lokasi yang kini telah terendam air pantai, tampak beberapa sisa pohon bakau dan sejumlah rumah yang tergerus dan terendam air laut.

William menjelaskan bahwa awalnya wilayah yang terendam itu merupakan lokasi sawah hingga tambak, namun kondisi tersebut berubah setelah adanya perisitiwa rob pada tahun 2012 lalu.

"Kejadiannya rob naik pada tahun 2012, penurunan tanah di tahun 2013, tahun 2019 diperkirakan dampak puncaknya terasa," ucap William.

"Sawah mulanya berseberangan dengan pantai, hingga sampai batas yang cukup jauh, terbentang yang hijau. Tapi dulu belum ada rob jadi tidak ada pasir, lama-lama naik dan merendam mirip seperti Ancol," ucap William.

Baca juga: Warga Diminta Gunakan Air PDAM untuk Atasi Penurunan Tanah, tapi Banyak yang Tak Mau

Lokasi yang kini terendam itu pun awalnya terdapat pemukiman, akan tetapi sebagian pemukiman kini banyak yang ditinggalkan lantaran tergerus air laut hingga terendam.

Sebagai salah satu mitigasi, Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) bahkan membuat tanggul guna menahan air laut naik kedaratan.

"Air bisa melebihi tanggul, penurunan berapa centimeter belum ada data tapi sudah dimonitoring dari tahun kemarin sampai intensif tiap tahun," tahun.

Meski begitu, William belum mengetahui betul berapa luasan wilayah yang terendam, namun bila melihat secara kasat mata, luasan daerah terendam cukup luas. Sejumlah warga pun terlihat tengah memancing ikan dengan duduk diatas tanggul, hingga menggunakan perahu sebagai alat bantu untuk mencari ikan di sekitar lokasi terendam.

"Masih ada rumah yang ditinggalkan karena tidak mampu untuk urug rumah, maka saya juga sempat ngobrol ternyata rumah ini dibiarkan juga masih berkaitan dengan mata pencaharian," katanya.

Secara umum penurunan muka tanah di Indonesia ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alamiah (non antropogenik) dan antropogenik.

Baca juga: 2,5 Hektar Wilayah Tambakrejo Semarang Hilang akibat Rob dan Penurunan Tanah, 25 Rumah Warga Tinggal Kenangan

Faktor alamiah (non-antropogenik) dapat terjadi karena pemadatan alami (kompaksi alamiah) dan pengaruh tektonik (sesar), sedangkan faktor antropogenik merupakan faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti ekstraksi air tanah yang berlebihan, pembebanan, eksploitasi minyak dan gas bumi, kegiatan penambangan bawah tanah, dan lain-lain.

Fenomena penurunan muka tanah biasanya terjadi pada wilayah dengan kondisi material geologi tertentu, seperti wilayah pesisir, migas, pertambangan, batugamping, danau dan rawa.

Dampak penurunan tanah mengakibatkan turunnya muka tanah, seperti perubahan lahan, meluasnya wilayah genangan banjir dan rob.

"Dampaknya bangunan rusak, adanya perubahan mata pencaharian. Mungkin dia petani jadi tambak, tambak kelelep lagi kalau bisa ya jadi nelayan, tapi kalau gak ya ilang pekerjaanya. Itu memang dampak paling besar tapi lambat prosesnya," ucap William.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Alami Keterlambatan di 5 Hari Pertama, Penerbangan Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo Mulai Lancar

Sempat Alami Keterlambatan di 5 Hari Pertama, Penerbangan Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo Mulai Lancar

Regional
Angkutan Kota Salatiga Terbakar saat Parkir di Depan Ruko

Angkutan Kota Salatiga Terbakar saat Parkir di Depan Ruko

Regional
Hari Jadi Ke-78 Sumsel, Pemprov Serahkan Berbagai Bantuan untuk Panti Asuhan hingga Ponpes 

Hari Jadi Ke-78 Sumsel, Pemprov Serahkan Berbagai Bantuan untuk Panti Asuhan hingga Ponpes 

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
DPC PDI-P Kota Yogyakarta Perpanjang Penjaringan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

DPC PDI-P Kota Yogyakarta Perpanjang Penjaringan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

Regional
Napi Anak Pembunuh Polisi Ditangkap, Menyamar Jadi Penumpang Travel

Napi Anak Pembunuh Polisi Ditangkap, Menyamar Jadi Penumpang Travel

Regional
Mengamuk, ODGJ di Lampung Tengah Bunuh Nenek Penderita Stroke

Mengamuk, ODGJ di Lampung Tengah Bunuh Nenek Penderita Stroke

Regional
19 Pekerja Ilegal yang Hendak Dikirim ke Kalimantan Diiming-imingi Gaji Rp 900.000

19 Pekerja Ilegal yang Hendak Dikirim ke Kalimantan Diiming-imingi Gaji Rp 900.000

Regional
Malapraktik, Bidan di Prabumulih Ditetapkan Tersangka

Malapraktik, Bidan di Prabumulih Ditetapkan Tersangka

Regional
Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

Regional
Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Regional
KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

Regional
Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com