Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah di Lampung Tengah Minta Polisi Tangkap Ayahnya: Bapak yang Membunuh Ibu Saya

Kompas.com - 26/07/2023, 08:09 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebuah video yang merekam pernyataan dua orang anak yang meminta polisi menangkap ayahnya atas kasus pembunuhan sang ibu, viral di media sosial.

Dua anak tersebut adalah ARPP (11) dan adiknya, SANR (9) yang tercatat sebagai warga Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung Tengah.

Kedua anak tersebut mengaku menyaksikan momen saat sang ibu, IS tewas di tangan sang ayah yang berinisial RP.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2015 saat orangtuanya sudah bercerai. Setelah melakukan pembunuhan, RP kabur hingga ARP dan adiknya hidup sebatang kara.

Baca juga: Bapak dan Kakak di Lampung Bunuh Anak Depresi, Korban Dilaporkan Bunuh Diri

Mereka berdua kemudian diasuh oleh sang nenek.

Kini, T meminta bantuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menangkap ayahnya.

Hal tersebut dilakukan agar sang ayah bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Kepada bapak Jokowi dan bapak Listyo, saya minta tolong untuk segera menangkap bapak saya yang membunuh ibu saya," ungkat ARP dalam video.

"Tragedinya pada tahun 2015, di depan saya sendiri, saya pas itu masih kecil. Saya minta pertolongan kepada bapak Jokowi untuk menangkap bapak saya," tambah dia.

Video tersebut viral di media sosial setelah diunggah di beberapa akun Instagram.

Baca juga: Ruko Nasabah Dilelang Bank BUMN Lampung Tanpa Pemberitahuan, padahal Selalu Bayar Cicilan Bulanan

Sempat santap sahur sebelum bunuh mantan istri

Sulastri, nenek T dan S menceritakan kronologi pembunuhan pada tahun 2015. Saat itu pelaku datang menginap untuk menyantap sahur bersama, dengan status ayah dan ibu sudah cerai.

Namun bukannya menunjukkan itikad baik, pelaku malah kembali memantik pertengkaran keluarga di depan kedua anaknya.

RP kemudian menganiaya IS dan secara spontan mengambil senjata tajam di dapur dan menyerang korban. Kedua bocah itu pun melihat sang ibu tewas akibat perbuatan ayahnya.

Sulastri yang saat itu tengah bekerja, terkejut ketika mendengar kabar IS menjadi korban penganiayaan RP.

"Saya baru mau mulai bekerja, tahu-tahu saya dipanggil suruh pulang. Setibanya di rumah pukul 21.00 WIB, IS sudah terkapar bersimbah darah di hadapan kedua anaknya," ujar Sulastri.

Baca juga: Kasus Libatkan Polisi Mangkrak, Reformasi Kultural di Polda Lampung Belum Tuntas

Korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit selama tujuh hari.

Namun sejumlah luka di beberapa bagian tubuh korban, termasuk di wajah dan leher membuat nyawa IS tak tertolong.

"Saya masih sempat merawatnya (IS) saat dirawat di rumah sakit selama 7 hari, sebelum akhirnya meninggal," tambahnya.

Menurut Sulastri, saat masih dalam perawatan IS sempat siuman

Sulastri pun mencoba menanyakan apa yang terjadi padanya, tetapi IS enggan menceritakan peristiwa itu hingga menghembuskan napas terakhir.

"Sang ibu sebelum meninggal hanya berwasiat, jangan sampai T dan S dibawa ayahnya," ungkapnya.

Karena alasan tersebut, sampai kini jika ada yang ingin meminta izin untuk membawa dan merawat dua cucunya, Sulastri tidak mengizinkan.

Baca juga: Uang Penjualan Singkong di Lampung Dipakai Deposit Judi Slot, Kasir Lapak Mengaku Dirampok

Sejak peristiwa itu, T yang kini duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar harus membantu Sulastri bekerja sebagai buruh serabutan tebas tebu panggilan.

"Kalau ada orang nyuruh ya saya kerja, misal musim panen tebu, saya bisa menadapat uang Rp 80.000 hingga Rp 100.000," kata Sulastri, Senin (24/7/2023).

Penghasilan tersebut, diakui Sulastri, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Apalagi saat bukan musim panen tebu, ia harus mencari pekerjaan serabutan dengan upah sekadarnya untuk menyambung hidup mereka.

Sulastri menyebut bahwa kedua cucunya akhirnya meminta bantuan pada Presiden dan Kapolri karena pelaku tak kunjung tertangkap.

Sejak dilaporkannya kejadian itu pada 2015 lalu, tidak ada tindakan bahkan pelaku masih berkeliaran bebas tanpa tanggung jawab.

"Kedua cucu saya dan keluarga besar sudah setuju jika sang ayah ditangkap dan dipenjara. Namun tidak ada kepastian dari polisi hingga saat ini," tandasnya.

Baca juga: Detik-detik Angkot di Lampung Terguling Usai Balapan, Polisi: Balapan Demi Gengsi

Sementara itu pihak kepolisian berjanji akan menindaklanjuti laporan tersebut.

Kapolsek Terusan Nunyai AKP Tarmuji mengatakan bahwa kejadian yang menimpa IS terjadi pada tahun 2015 silam.

Menurut AKP Tarmuji sudah ada laporan terkait dugaan pembunuhan terhadap IS. Ia menyebut pihaknya masih melakukan pencarian ayah ARPP.

"Sudah ada laporan, pelaku lidik," ungkap AKP Tarmuji.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Viral Bocah di Lampung Tengah Minta Ayahnya Ditangkap karena Kabur usai Bunuh Ibunya 7 Tahun Lalu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com