Di bawah pohon lontar sudah diletakan satu batang dahan lontar. Tujuannya menandai bahwa pohon lontar tersebut adalah salah satu pohon yang disadapnya.
Selain bisa mengetahui letak pohon lontar, ia juga diberikan pengetahuan khusus yakni bisa mengetahui tandan bunga (bunga lontar) sudah keluar atau belum hanya dengan mengetuk pohon lontar.
"Saya bisa tahu, bunga lontar itu sudah keluar atau belum hanya dengan mengetuk pohon tuak (lontar). Kalau sudah ada bunga, bunyinya lain. Jika sudah keluar saya panjat untuk melakukan pembersihan. Setelah itu baru mulai iris (sadap)," katanya.
Setelah mengiris nira, selanjutnya dimasak menjadi gula dan dijual kepada masyarakat yang ingin membeli.
Hasil jualan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu memenuhi kebutuhan sang ibu.
Alen Luin (49) kakak sepupu Rik mengaku, keluarga sudah melarangnya untuk berhenti memanjat pohon karena menurutnya sangat berbahaya. Tapi Rik berkata, hanya itu yang bisa dia lakukan.
Ia mengungkapkan bahwa adiknya tersebut merupakan sosok yang rajin dan pekerja keras.
"Kita kerja berat seperti menggali fondasi rumah, rontok padi dan pekerjaan berat lainnya," katanya.
Kerja keras Rik membuat anggota keluarganya tersentuh.
"Kami memang terinspirasi karena orang buta saja bisa sadap nira, kenapa kita yang normal tidak bisa," ujarnya.
Dortia Luin-Neno, ibu kandung juga mengaku anaknya merupakan sosok yang rajin dan pekerja keras.
"Dari kecil dia (Rik) ini memang pekerja keras. Saat ini dia yang membantu saya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Dortia.
Dortia berharap, aktivitas anaknya selalu berjalan lancar. Dia pun selalu mendoakan semua anak-anaknya termasuk Rik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.