Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Lokananta, Studio Musik Tertua di Indonesia yang Hidup Kembali

Kompas.com - 15/07/2023, 23:18 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Saat itu sejumlah lagu daerah seperti ‘Rasa Sayange’ yang dinyanyikan musisi lokal dan direkam ke dalam piringan hitam, lalu dibagikan kepada kontingen Asian Games 1962 sebagai cinderamata.

Lokananta Mulai Memproduksi Piringan Hitam

Selepas itu, Lokananta mulai memproduksi piringan hitam dari musisi terkenal, seperti Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, dan maestro jazz Buby Chen.

Tak pelak, Lokananta disebut sebagai “Titik Nol” musik Indonesia, karena telah menerbitkan berbagai rekaman dari legenda musik di tanah air.

Waldjinah tercatat sebagai musisi pertama yang merekam suaranya di Lokananta, pada 1959, saat membawakan lagu Kembang Katjang karya Gesang Martohartono alias Gesang, maestro legendaris yang menciptakan lagu Bengawan Solo.

Rekaman perdana di Lokananta itu sebagai hadiah yang ia terima setelah memenangkan kontes menyanyi "Ratu Kembang Katjang".

Lokananta juga ikut merekam Bengawan Solo dan beberapa lagu ciptaan Gesang lainnya seperti Jembatan Merah dan Sapu Tangan.

Masa Kejayaan Lokananta

Pasang surut Lokananta mengikuti perkembangan industri musik di tanah air, seperti pada tahun 1972 saat produksi audio mulai beralih dari piringan hitam ke kaset.

Sehingga sejak 1983, Lokananta membentuk unit penggandaan film dalam format pita magnetik Betamax dan VHS.

Pada dekade 1970-an hingga 1980-an, Lokananta sempat meraih masa kejayaan sebagai sentra produksi rekaman audio kaset dan penggandaan film terbesar di Indonesia.

Pengunjung menjajal mendengarkan rekaman musik di Galeri Lokananta, Solo, Jawa Tengah, Kamis (15/6/2023). Pasca-revitalisasi, Galeri Lokananta dibuka untuk umum pada Rabu-Senin, pukul 10.00-17.00 WIB.Kompas.com/Reza Kurnia Darmawan Pengunjung menjajal mendengarkan rekaman musik di Galeri Lokananta, Solo, Jawa Tengah, Kamis (15/6/2023). Pasca-revitalisasi, Galeri Lokananta dibuka untuk umum pada Rabu-Senin, pukul 10.00-17.00 WIB.

Heningnya Lokananta dan Upaya Revitalisasi

Keheningan di Lokananta berawal di tahun 1999 saat semakin banyak rekaman audio dilakukan dalam format CD, sehingga rekaman dalam bentuk kaset mulai ditinggalkan. Beberapa tahun berikutnya, Lokananta seakan terbengkalai.

Pada akhirnya, di tahun 2004 Lokananta diambil alih Perum Percetakan Negara RI dan berganti nama menjadi PNRI Cabang Surakarta-Lokananta.

Untuk melindungi aset berharga yang bernilai sejarah, Pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan Lokananta sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota nomor 646/40/I/2014.

Upaya revitalisasi Lokananta juga dilakukan, hingga pada Hari Sabtu, 3 Juni 2023 Lokananta kembali dibuka diresmikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.

Dengan wajah baru Lokananta, diharapkan tempat ini tak hanya menjadi destinasi wisata sejarah, namun juga dapat berfungsi sebagai sentra kreativitas bagi para musisi, seniman, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sumber:
indonesia.go.id  
surakarta.go.id  
jatengprov.go.id  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Regional
MK Tolak Permohonan PHPU, KPU Banyumas Segera Tetapkan Caleg Terpilih

MK Tolak Permohonan PHPU, KPU Banyumas Segera Tetapkan Caleg Terpilih

Regional
16 Pekerja Migran Nonprosedural di Batam Berenang dari Tengah Laut

16 Pekerja Migran Nonprosedural di Batam Berenang dari Tengah Laut

Regional
Pimpinan Ponpes di Inhu Cabuli 8 Siswanya

Pimpinan Ponpes di Inhu Cabuli 8 Siswanya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com