MAMASA, KOMPAS.com – Ratusan ekor burung ditemukan mati mendadak dan bergelimpangan di pemukiman dan jalan poros Desa Tawalian Timur, Kecamatan Tawalian, Mamasa, Sulawesi Barat.
Fenomena yang tak biasa ini tentu saja langsung mengundang perhatian hingga menghebohkan warga setempat.
Berbagai dugaan pun muncul, mulai dari burung tersebut mati karena terserang virus ganas hingga mati karena terpapar racun.
Aparat pemerintah setempat pun turun tangan setelah kasus ini viral di media sosial.
Baca juga: Terekam CCTV, Bocah Perempuan Ditabrak Motor di Mamasa, Terseret hingga 7 Meter
Ratusan ekor burung yang mati itu dikenal warga setempat dengan sebutan burung sriti.
“Warga tentu saja kaget mendapati banyak buurng mati dan bergelimpangan di jalan raya dan pemukima warga. Apalagi, setelah di-share ke media sosial tambah viral,” ujar Jhon, warga setempat, Minggu (11/6/2023).
Aparat yang melakukan pengecekan di lokasi menduga penyebab kematian burung tersebut karena dibunuh oleh beberapa anak kecil yang iseng.
Kepala Desa Tawalian Timur, Saulinggi yang ditemui lokasi mengatakan, ia kaget dan tak percaya saat mendapatkan laporan dari warganya.
Saulinggi bersama aparat desa lainya pun langsung turun tangan mengecek ke lokasi kejadian.
“Dugaan sementara burung tersebut mati karena ulah sejumlah anak-anak yang iseng membunuhnya,” kata Saulinggi.
Dia mengatakan, kawanan burujng tersebut beranak pinak di sebuah gudang kopi yang dibangun pemerintah beberapa tahun lalu, namun hingga kini belum pernah dimanfaatkan.
Bangunan kosong tersebut menjadi sarang burung sriti.
Baca juga: Ambulans Pembawa Ibu Hamil yang Hendak Melahirkan Terjebak 2 Titik Longsor di Mamasa
Di dalam gudang kopi yang kosong itu pihaknya juga menemukan ranting-ranting pohon yang diduga digunakan oleh anak-anak tersebut untuk membunuh burung-burung itu.
Soal dugaan burung itu mati karena virus atau diracun, dia tidak bisa memastikannya.
Alasannya hingga kini belum ada pemeriksaan lebih lanjut terhadap burung-burung yang ditemukan mati tersebut.
Namun, pemerintah setempat menyatakan akan menggelar rapat pertemuan untuk merespons kejadian tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.