SEMARANG, KOMPAS.com - Berdasarkan data Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang, Jawa Tengah, terdapat 6.000 kios mangkrak di berbagai pasar tradisional karena tidak digunakan oleh pedagang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdag Kota Semarang Fajar Purwoto mengatakan, ribuan kios yang kosong tersebut sudah dilakukan pendataan dan penyegelan oleh petugas dari pemerintahan.
"Beberapa waktu lalu telah melakukan penyegelan di kios dan lapak yang ditinggalkan pedagang," jelasnya saat dikonfirmasi, Kamis (8/6/2023).
Baca juga: Kebakaran Landa Pasar Caringin Bandung, Satu Orang Tewas
Dia menjelaskan, Pemerintah Kota Semarang telah memberikan kesempatan kepada para pedagang yang lapaknya disegel untuk melakukan konfirmasi. Namun, hingga saat ini belum ada pedagang yang konfirmasi.
"Kita segel itu harapannya agar pedagang konfirmasi ke kita," paparnya.
Disdag Kota Semarang pun terpaksa melakukan tindakan tegas berupa pencabutan Surat Izin Tempat Pemakaian Dasar (SITPD) kepada para pedagang yang membiarkan lapaknya mangkrak.
"Kita cabut izinnya karena tak kunjung konfirmasi," imbuh dia.
Untuk mengisi kekosongan tersebut, Fajar membuka kembali kesempatan bagi warga yang ingin berjualan dan menempati kios itu.
"Warga bisa menempati lapak yang kosong itu agar ekonomi berjalan," bebernya.
Bagi warga yang ingin menempati kios tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Seperti foto ukuran 4x6, KTP, KK dan jenis barang yang akan dijual untuk menentukan zonasi.
"Jika syarat sudah lengkap bisa membuat permohonan ke Disdag Kota Semarang," ujar Fajar.
Baca juga: Digugat Pedagang Soal Revitalisasi Pasar Banjaran, Bupati Bandung Sebut Tak Sesuai Konteks
Pedagang Pasar Johar Baru, Bambang mengatakan, banyaknya lapak yang kosong karena disebabkan oleh sepinya pembeli sejak direnovasi. Menurutnya, masih banyak pedagang yang memilih menjual barangnya di Relokasi Pasar Johar di dekat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
"Jadi di sini sepi, tak seperti dulu," keluh Bambang.
Selain itu, penataan Pasar Johar Baru belum maksimal. Masih banyak pedagang yang campur aduk dalam satu lokasi. Hal itu membuat pembeli yang datang menjadi bingung.
"Sekarang campur-campur yang dagang. Jadi sepi kalau dibandingkan sebelum direnovasi," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.