Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

29 Santriwati Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa Ikuti Ujian Semester di Sekolah Lain

Kompas.com - 07/06/2023, 09:27 WIB
Susi Gustiana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SUMBAWA, KOMPAS.com- Setelah terkuaknya dugaan pencabulan 29 santriwati oleh pimpinan pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, aktivitas belajar mengajar di tempat tersebut telah dibekukan.

Kini sejumlah santriwati mengikuti ujian semester kenaikan kelas di SMP terdekat yang ada di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: 29 Santriwati Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa Jalani Pemeriksaan Psikologis

"Ya, 29 santriwati ikuti ujian semester di sekolah terdekat sejak hari Senin kemarin. Sekarang sudah masuk hari ketiga," kata Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Sumbawa, Fatriaturahmah yang dikonfirmasi, Rabu (7/6/2023).

Menurutnya, aktivitas sudah dibekukan dan semua santri dan santriwati angkatan pertama di sekolah dan pondok itu mengikuti ujian di sekolah terdekat.

"Ada 23 santri dan 29 santriwati mengikuti ujian di sekolah lain yang dekat dengan wilayah tempat tinggal mereka di Kecamatan Labangka," sebutnya.

Baca juga: Buntut Kasus Pencabulan, Izin Ponpes dan Sekolah di Sumbawa Dicabut

Menurutnya, usai mengikuti ujian semester, para santriwati masih akan menjalani pemeriksaan tambahan di kantor polisi.

"Saya sebagai pendamping, siap melindungi semua korban agar hak pendidikan mereka tetap didapatkan," kata dia.

Semua santriwati korban pencabulan pimpinan Ponpes tidak mau kembali ke pondok.

Menanggapi hal tersebut Ketua Dewan Pendidikan Jamhur Husain mengatakan santriwati tetap bisa melanjutkan sekolah.

"Kami dari dewan pendidikan akan berjuang agar mereka tidak putus sekolah atau mengulang dari kelas satu," tegasnya.

Baca juga: Tangis Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa: Saya Dilecehkan Motif Pengobatan Ruqyah

Terkait proses hukum atas dugaan pencabulan terhadap puluhan santriwati ini, ia meminta polisi mengusut tuntas.

Jika oknum pimpinan pondok melakukan hal melanggar hukum maka harus diberikan sanksi setimpal.

Selain mencoreng wajah pendidikan juga merusak citra pondok pesantren. Perbuatan tercela tersebut juga merusak masa depan anak bangsa.

"Kami siap dampingi semua korban untuk mendapatkan haknya secara komprehensif," pungkasnya.

Baca juga: Tangis Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa: Saya Dilecehkan Motif Pengobatan Ruqyah

Sementara itu, Kapolres Sumbawa AKBP Heru Muslimin yang dikonfirmasi mengatakan penyelidikan kasus dugaan pencabulan santriwati masih dilakukan.

Ia menyebutkan, penyidik Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) masih melakukan serangkaian pengumpulan data dan bahan keterangan serta klarifikasi kepada sejumlah pihak.

"Kami masih pendalaman, penyidik masih mengumpulkan keterangan. Terduga sudah diamankan di Reskrim Polres Sumbawa," kata Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Regional
Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Regional
Buruh Semarang Mengeluh 'Terlindas' Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Buruh Semarang Mengeluh "Terlindas" Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Regional
Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Regional
KKB Bakar Gedung SD di Intan Jaya

KKB Bakar Gedung SD di Intan Jaya

Regional
Komplotan di Palembang Jual 50.000 Nomor WhatsApp ke China dan Pakai buat Judi 'Online'

Komplotan di Palembang Jual 50.000 Nomor WhatsApp ke China dan Pakai buat Judi "Online"

Regional
Gempa M 4,9 Guncang Rote Ndao, NTT

Gempa M 4,9 Guncang Rote Ndao, NTT

Regional
Tak Ada Demo, Hari Buruh di Banyumas Diisi dengan Senam dan Bagi-bagi Hadiah

Tak Ada Demo, Hari Buruh di Banyumas Diisi dengan Senam dan Bagi-bagi Hadiah

Regional
PKB Semarang Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Lima Nama Sudah Antre

PKB Semarang Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Lima Nama Sudah Antre

Regional
Nasib Ratusan Buruh Smelter Timah di Bangka yang Dirumahkan, Hak Diduga Belum Diberikan

Nasib Ratusan Buruh Smelter Timah di Bangka yang Dirumahkan, Hak Diduga Belum Diberikan

Regional
Harga Bawang Merah di Kebumen Tembus Rp 70.000 Per Kilogram

Harga Bawang Merah di Kebumen Tembus Rp 70.000 Per Kilogram

Regional
Pembunuhan Pria di Jatibarang Semarang, 1 Ditangkap, 2 Masih Buron

Pembunuhan Pria di Jatibarang Semarang, 1 Ditangkap, 2 Masih Buron

Regional
Saat Jokowi Makan Malam di Mie Gacoan Mataram, Warga dan 'Driver' Ojek Rebutan Foto

Saat Jokowi Makan Malam di Mie Gacoan Mataram, Warga dan "Driver" Ojek Rebutan Foto

Regional
Ayah di Pangkep Cabuli Anak Tirinya Selama 7 Tahun sampai Hamil

Ayah di Pangkep Cabuli Anak Tirinya Selama 7 Tahun sampai Hamil

Regional
Bukan Berdemo, Ribuan Buruh di Salatiga 'Long March' Ikuti Jalan Santai

Bukan Berdemo, Ribuan Buruh di Salatiga "Long March" Ikuti Jalan Santai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com