Sultan Bayanullah merupakan putra pertama Sultan Zainal Abidin yang ikut menjadikan Kerajaan Ternate semakin berkembang.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Ternate mengalami kemajuan teknik pembuatan perahu dan senjata untuk memperkuat pasukan Ternate.
Pada masa tersebut, ada orang Eropa pertama yang datang ke Maluku, yaitu Ludovico Varthema (Lodewijk de Bartomo).
Armada Potugis pertama kali datang di bawah kepemimpinan Francisco Serrao pada tahun 1512.
Sultan Bayanullah menyambut menyambut kedatangan Portugis dengan senang hati karena menganggap kedatangannya untuk berdagang.
Bahkan pada saat itu, Portugis juga diizinkan untuk mendirikan pos dagang.
Baca juga: Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo dan Rajanya
Namun, kedatangan Portugis adalah ingin menguasai rempah-rempah di Maluku, seperti cengkih dan pala.
Sehingga pada akhirnya, langkah Sultan Bayanullah ini membawa kehancuran untuk negerinya.
Sultan Hidayatullah merupakan putra Sultan Bayanullah yang naik takhta pada usia yang sangat belia.
Untuk itu, pemerintahan dijalankannya bersama ibu dan pamannya yang bernama Pangeran Taruwese.
Dua wali sultan tersebut segera dimanfaatkan oleh Portugis untuk diadu domba, sehingga terjadi perang antara pihak Sultan Hidayatullah dan Pangeran Taruwese.
Pangeran Taruwese yang mendapat dukungan Portugis pun menang
Salah satu upaya Sultan Khairun Jamil adalah membuat Aliansi Tiga bersama Aceh dan Demak untuk membendung Portugis di nusantara.
Upaya tersebut dilakukan karena sebelum Sultan Khairun Jamil berkuasa, Portugis sudah menunjukkan kesewenang-wenangan terhadap Sultan Hidayatullah (1529-1533) dan Sultan Tabariji (1533-1534).
Langkah yang dilakukan sultan untuk menyulitkan Portugis berhasil, hingga akhirnya memohon damai kepada Sultan Khairun Jamil.