Saat mendampingi sang anak, Hd masih belum bisa menerima apa yang dialami anaknya.
"Tiba-tiba pulang, dan sakit. Saat cerita mau pindah sekolah dan tidak mau balik ke pondok," sebutnya.
Ia menjelaskan, sang anak mengalami pelecehan seksual.
"Setiap kali bercerita anak saya menangis. Pasti mentalnya terguncang," katanya.
Alasan tidak ingin kembali ke pondok karena ketakutan bertemu pelaku. Meski begitu, ia meminta sang anak tetap rajin belajar untuk mengikuti ujian kenaikan kelas.
"Saya minta agar anak bisa ikut ujian di sekolah terdekat dan tidak mengulang lagi dari kelas satu gara-gara kasus ini," harap Hd.
Baca juga: Tangis Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa: Saya Dilecehkan Motif Pengobatan Ruqyah
Sementara itu, Jamal (45), warga di Kecamatan Labangka, berharap aktivitas ponpes dan sekolah tersebut ditutup.
"Kami tidak mau percaya lagi. Kami tidak ingin ada korban lagi," kata Jamal.
Ia meminta pemerintah daerah segera menutup dan menonaktifkan izin ponpes.
"Saya melihat sendiri. Salah satu ibu korban sampai bilang kenapa anaknya dicabuli dan menangis meraung saat warga melempar dan menyerang ponpes dengan batu," sebut Jamal.
Sebelumnya diberitakan, 29 santriwati menjadi korban pencabulan oleh pimpinan ponpes tempat mereka mondok.
Mereka trauma dan tidak mau kembali lagi ke ponpes yang ada di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.