Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ati Karep Bondho Cupet", Kisah Pasangan Penjual Arang Kayu Menunaikan Ibadah Haji

Kompas.com - 23/05/2023, 14:05 WIB
Dian Ade Permana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Jerih payah pasangan Budiyono (68) dan Komsyah (64) untuk menunaikan ibadah haji bersama terwujud pada 2023 ini. Mereka menjadi bagian dari 788 calon jemaah haji Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang akan berangkat ke Tanah Suci.

Mereka yang sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual arang kayu sejak 1975, akan berangkat pada Minggu (28/5/2023).

"Alhamdulillah kami bisa berangkat bersama tahun ini, ini menyempurnakan rukun Islam," ujarnya, Selasa (23/5/2023) di rumahnya Dusun Kalilateng, Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Baca juga: Bandara Juanda Akan Berangkatkan 36.938 Jemaah Haji asal Jatim, Bali, dan NTT

"Seharusnya berangkat 2020, namun ada pandemi sehingga batal. Lalu di 2022 saya bisa berangkat, tapi karena ada pembatasan usia suami tidak bisa, sehingga saya memilih menunda karena niatnya memang berangkat bersama," ujarnya.

Komsyah mengatakan, keberangkatan berdua ini merupakan perwujudan dari doa orangtuanya yang menunaikan haji pada 1993.

"Ibu bercerita saat salat di Masjidil Haram seperti melihat saya dan suami, saat pulang haji ibu berkata 'tak dongakke nduk, sesok kowe bakal munggah kaji' (saya doakan nak, besok kamu akan pergi berhaji),” ungkapnya.

Motivasi dan doa sang ibu membuat semangat mereka berangkat haji semakin besar. "Tapi karena kami hanya menjual arang, menabung dulu agar cukup biayanya," paparnya.

Komsyah menyisihkan dari menjual arang kayu dan Budiyono juga membantu mengumpulkan uang sdari hasil kebun, seperti jagung dan pisang untuk melunasi biaya haji.

"Dulu menjual arang digendong dari rumah ke Pasar Peterongan Semarang, berangkat pukul 01.00 WIB sampai pasar 08.00 WIB. Harga arang satu gendong 30 kilogram Rp 250, sekarang satu plastik 1,2 kilo Rp 5.000. Sekarang sekali kirim 1 sampai 1,5 ton ke pedagang itu," cerita Komsyah.

Sementara Budiyono mengungkapkan, selain arang, Komsyah juga membuat makanan tradisional olahan singkong seperti sermier, mentho, dan kleyem untuk dijual di lingkungan rumah.

"Buat tambahan cari uang, sekaligus tabungan haji. Istilahnya kami ini 'ati karep bondho cupet' (hati punya keinginan tapi harta mepet)," paparnya.

"Alhamdulillah, setelah menabung dari hasil kerja keras, kami akan berangkat haji tahun ini. Semoga tetap sehat dan bisa beribadah dengan baik," kata Budiyono.

Baca juga: Detik-detik 9 Sapi Mati Tersambar Petir, 1 Menit Pupuskan Harapan Abdul Rahman Berhaji

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

Regional
Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Regional
PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

Regional
Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Regional
Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Regional
Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Regional
Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Regional
Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Regional
Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Regional
Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Regional
Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Regional
Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Regional
Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Regional
Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Regional
Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com