JAKARTA, KOMPAS.com – Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), siap menjadi daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan menjadi ibu kota Indonesia pada 2024 menggantikan Jakarta.
Bupati Kotabaru Sayed Jafar Al-Idrus mengatakan, keberadaan IKN dapat memberikan dampak positif bagi daerah-daerah di sekitarnya sebagai wilayah penyangga.
Salah satunya adalah Kabupaten Kotabaru yang berjarak 6 jam perjalanan darat dari IKN.
“Semoga Kotabaru bisa jadi wilayah penyangga yang potensial bagi IKN, seperti Bandung dengan Jakarta. Untuk mewujudkan hal tersebut, sekarang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru tengah fokus mengembangkan potensi wisata dan infrastruktur,” ujar Sayed, saat berkunjung ke kantor Kompas.com di Jakarta, Jumat (7/4/2023).
Untuk infrastruktur, lanjut Sayed, Pemkab Kotabaru saat ini tengah berupaya memperbaiki dan menambah keberadaan jalan agar akses menuju wilayah tersebut menjadi lebih mudah.
Perbaikan jalan juga dilakukan agar masyarakat yang berasal dari luar wilayah tersebut dapat berkunjung ke sejumlah lokasi wisata yang didominasi oleh pantai dan sektor laut.
Tak hanya jalan, Pemkab Kotabaru juga berencana untuk menambah jumlah keberadaan hotel atau penginapan agar wisatawan mudah mendapatkan akomodasi.
“Kami sudah mulai memperbaiki jalan yang menuju lokasi wisata. Mudah-mudahan paling cepat 2023, jalan tersebut sudah bisa diakses. Kami juga akan membangun hotel baru,” kata Sayed.
Meski begitu, Sayed mengakui bahwa pihaknya menemui sejumlah tantangan, salah satunya terkait perbaikan infrastruktur jalan yang berada di wilayah pedalaman.
Tantangan ini dapat teratasi berkat bantuan masyarakat yang berada di sekitar wilayah tersebut.
Selain sektor pariwisata, potensi ekonomi yang dimiliki oleh Kotabaru juga berasal dari berbagai sektor lain, seperti pertambangan dan perkebunan.
“Dari sektor pertambangan, ada emas, biji besi, dan batu bara. Sementara, pada sektor perkebunan, kami punya (kelapa) sawit,” kata Sayed.
Meski demikian, lanjut Sayed, potensi sektor pertambangan Kotabaru belum sepenuhnya bisa dimaksimalkan sebagai pendapatan asli daerah (PAD).
Sebab, sistem pengelolaan pertambangan di Kotabaru dilakukan bersama pemerintah pusat.
“Makanya, kami ingin ada desentralisasi agar hasil dari sektor tersebut bisa kami optimalkan dan kelola sendiri. Dengan begitu, sektor pertambangan juga bisa menyumbang besar bagi pendapatan daerah sehingga masyarakat Kotabaru bisa memanfaatkan potensi wilayahnya. Berbeda dengan sektor pariwisata yang sepenuhnya bisa kami nikmati,” terang dia.
Baca juga: Kunjungi IKN, Menkopolhukam Mahfud MD: Seperti di Surga
Sementara untuk perkebunan, Sayed berharap, sektor tersebut dapat terus bertumbuh di masa depan sehingga PAD di Kotabaru juga semakin terdongkrak.
“Kontribusi kelapa sawit sangat besar terhadap pendapatan penduduk Kotabaru yang kurang lebih mencapai 350.000 jiwa. Semoga sektor ini terus mengalami perkembangan di masa depan,” ucap Sayed.
Selain tambang dan perkebunan, Kotabaru juga memiliki potensi di sektor kelautan.
Sayed mengatakan, sebagai wilayah yang berada di pesisir pantai, Kotabaru juga dianugerahi dengan potensi laut yang sangat kaya.
“Hasil laut kami ini sangat banyak. Saat ini, kami tengah mencoba untuk mengembangkan potensi sektor kelautan melalui pembibitan udang dan berbagai jenis ikan, seperti kakap merah, kerapu, tenggiri, serta bawal. Daerah kami ini dikenal sebagai penghasil ikan. Bahkan, ikan sampai jadi ikon di baju batik lokal dan menjadi lambang Kabupaten Kotabaru,” tutur Sayed.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.