Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Diselamatkan dari Jerat, Orangutan Berusia 30 Tahun Dilepasliarkan di Hutan Kayong Utara

Kompas.com - 20/04/2023, 06:15 WIB
Hendra Cipta,
Andi Hartik

Tim Redaksi

KAYONG UTARA, KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) melepasliarkan satu ekor orangutan ke habitatnya pada Sabtu (15/4/2023).

Kepala BKSDA Kalbar RM Wiwied Widodo mengatakan, pelepasliaran dilakukan di Kawasan Hutan Desa Nipah Kuning, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar.

“Kawasan ini merupakan hutan terdekat dengan lokasi awal diselamatkannya orangutan tersebut,” kata Wiwied dalam keterangan tertulis, Kamis (20/4/2024).

Baca juga: 4 Orang Tak Dikenal Datangi dan Bubarkan Acara Diskusi soal Orangutan di Jakarta

Menurut Wiwied, kawasan hutan Nipah Kuning dianggap sesuai dengan tipe habitat orangutan karena banyak dijumpai pohon pakan yang masih melimpah. Kawasan ini juga masih dijumpai orangutan liar.

“Selain itu, hutan ini dianggap aman dari berbagai macam gangguan karena lokasinya jauh dari aktivitas manusia,” ucap Wiwied.

Baca juga: Orangutan Kurus Gendong Anak Masuk Area Tambang, BKSDA Kaltim Telusuri Lokasi Kejadian

Terkena jerat manusia

Wiwied menjelaskan, orangutan betina dewasa yang diperkirakan berusia 30 tahun ini sebelumnya diselamatkan dari jerat di kawasan hutan Dusun Penyekam Raya, Desa Pemangkat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, pada Februari 2023.

Saat itu, timnya melihat orangutan dalam kondisi lemas dan kesulitan bergerak akibat luka jeratan pada pergelangan tangannya.

Tim BKSDA Kalbar memutuskan untuk melakukan penyelamatan terhadap orangutan tersebut, dengan menitipkan sementara di tempat rehabilitasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia untuk dilakukan perwatan medis.

Wiwied menjelaskan, setelah dirawat 2 bulan, kondisi orangutan menunjukkan perkembangan yang baik dari hari ke hari, luka pergelangan pulih dan tangan bisa digunakan secara normal.

“Hingga akhirnya siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya," ungkap Wiwied.

Tempuh jalur darat dan air

Wiwied menceritakn, perjalanan menuju lokasi pelepasliaran menggunakan 2 tipe tranportasi, yaitu darat dan air.

Perjalanan darat menggunakan kendaraan roda empat ditempuh selama 4 jam, kemudian dilanjutkan perjalanan menggunakan perahu selama 4 jam.

“Walaupun membutuhkan waktu yang relatif lama, tim tetap mengawasi dan memantau kondisi orangutan dalam kedaadan baik serta menghindari terjadinya stres,” ungkap Wiwied.

Baca juga: Jokowi Tegaskan Pembangunan IKN Tetap Lindungi Orangutan dan Bekantan

Sampai di lokasi pelepasliaran, tim kembali mengecek kondisi orangutan dalam keadaan baik, sehat dan layak.

“Bahkan sebelum meninggalkan lokasi tim memantau orangutan untuk mengetahui kondisi pasca-pelepasliaran,” ujar Wiwied.

Dari hasil pemantauan diketahui oragutan mampu beradaptasi dengan habitat barunya. Kondisi ini ditunjukkan dari perilaku orangutan yang langsung beraktivitas makan daun dari pohon yang ada di hutan.

"Dengan dilakukan pelepasliaran orangutan ini kita dapat belajar bahwa sudah saatnya kita harus mulai hidup berdampingan dengan makhluk hidup khususnya satwa liar,” tutup Wiwied.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com