Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rampak Bedug dari Banten: Pengertian, Sejarah, dan Fungsi

Kompas.com - 13/03/2023, 17:52 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Rapak bedug adalah kesenian yang berasal dari Banten.

Pada awalnya, rampak bedug dimaksudkan untuk menyambut bulan Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.

Namun saat ini, Rampak bedug merupakan ciri khas budaya Banten yang mampu mengundang perhatian banyak penonon.

Rampak Bedug

Pengertian Rampak Bedug

Kata rampak berarti serempak, sedangkan bedug atau beduk adalah gendang besar yang fungsinya sebagai media informasi.

Rampak bedug berarti seni bedug menggunakan waditra (bentuk fisik musik tradisional) dalam jumlah banyak yang ditabuh secara serempak, sehingga menghasilkan irama yang khas.

Kesenian tradisional tersebut memadukan musik tradisional, moderen, seni tari dan unsur religi.

Rampak bedug adalah pengembangan dari seni bedug atau ngadulag.

Baca juga: Ini Dia Seni Rampak Bedug asal Banten

Jika ngadulag dapat dimainkan oleh siapa saja, maka rampak bedug harus dimainkan oleh para profesional.

Sejarah Singkat Rampak Bedug

Rampak bedug pertama kali dikembangkan untuk menyemarakan bulan suci Ramadan pada tahun 1950.

Pada saat itu, Kabupaten Pandeglang juga diadakan pertandingan rampak bedug antar kampung.

Pada tahun 1960, rampak bedug masih menjadi hiburan rakyat dan menyebar ke daerah-daerah di Banten.

Sejumlah penari membawakan tari kesenian Rampak Bedug untuk menghibur pengunjung di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Minggu (24/9/2017). Segala keindahan dari Tanjung Lesung membuat pemerintah menetapkan kawasan tersebut menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Provinsi Banten.ANTARA FOTO/YUSRAN UCCANG Sejumlah penari membawakan tari kesenian Rampak Bedug untuk menghibur pengunjung di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Minggu (24/9/2017). Segala keindahan dari Tanjung Lesung membuat pemerintah menetapkan kawasan tersebut menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Provinsi Banten.

Rampak bedug  yang berawal berdiri di Kecamatan Pandeglang, kemudian kesenian ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya hingga ke Kabupaten Serang.

Pada perkembangannya, rampak bedug tidak hanya dimainkan pada saat Ramadan atau hari raya saja.

Kesenian tersebut juga digunakan adu kreasi pemukul bedug di Banten.

Fungsi Rampak Bedug

Baca juga: Melihat Bedug Terbesar di Masjid Agung Purworejo, Bukti Syiar Islam di Bumi Bagelen

Rampak bedug memiliki beragam fungsi, yaitu:

  • Nilai religi, rampak bedug berfungsi untuk menyemarakkan bulan suci Ramadan. Selain itu, kesenian ini juga sebagai pengiring takbiran.
  • Nilai hiburan, kemeriahan rampak bedug memiliki nilai hiburan atau rekreasi.
  • Nilai ekonomi, rampak bedug merupakan karya seni yang memiliki nilai jual. Masyarakat dapat mengundang seniman rampak bedug untuk memeriahkan acara-acara mereka, seperti pernikahan, khitanan, pagelaran budaya, dan lainnya.

Variasi Pukulan Rampak Bedug

Awalnya, penari rampak bedug hanya kalangan laki-laki saja, dalam perkembangannya penari perempuan juga turut menyemarakkan rampak bedug.

Kesenian rampak bedug biasanya ditampilkan 10 orang penari, yang terdiri dari lima penari perempuan dan lima penari laki-laki.

Pemain laki-laki biasanya sebagai penabuh bedug dan kendang, sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh bedug.

Pemain laki-laki dan perempuan juga sekaligus berfungsi sebagai penari.

Busana Rampak Bedug

Baca juga: Sejarah Dandangan, Tabuh Bedug Jelang Ramadhan Warisan Sunan Kudus

Busana yang digunakan pemain rampak bedug adalah busana muslim dan muslimah, yang disesuaikan dengan perkembagan zaman dan unsur kedaerahan.

Pertunjukan Rampak Bedug dari Bale Seni Ciwasiat, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten saat Indonesia Fundraising Award 2022, Rabu 30 November 2022 di Jakarta. 
Fundraising Indonesia Pertunjukan Rampak Bedug dari Bale Seni Ciwasiat, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten saat Indonesia Fundraising Award 2022, Rabu 30 November 2022 di Jakarta.

Penari laki-laki menggunakan model pakaian pesilat lengkap dengan sorban khas Banten.

Warna busana tidak hitam melainkan berwarna-warni yang menggambarkan kemoderenan, seperti hijau, merah, ungu, dan lain sebagainya (tidak selalu hitam dan putih saja).

Pemain perempuan menggunakan pakaian khas tari-tari tradisional dengan corak moderen dan relatif religius, seperti rok panjang bawah lutut dari bahan batik, yang bagian dalamnya menggunakan celana panjang pesilat.

Pada bagian luar menggunakan kain merah tanpa dijahit yang biasa dililitkan dan digunakan sebagai selendang.

Baju berupa lengan panjang yag dikeluarkan dan diikat menggunakan ikat pinggang besar. Sedangkan, rambut menggunakan sejenis sanggul bunga.

Sumber:

kebudayaan.kemdikbud.go.id dan indonesia.go.id

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com