Salin Artikel

Mengenal Rampak Bedug dari Banten: Pengertian, Sejarah, dan Fungsi

KOMPAS.com - Rapak bedug adalah kesenian yang berasal dari Banten.

Pada awalnya, rampak bedug dimaksudkan untuk menyambut bulan Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.

Namun saat ini, Rampak bedug merupakan ciri khas budaya Banten yang mampu mengundang perhatian banyak penonon.

Rampak Bedug

Pengertian Rampak Bedug

Kata rampak berarti serempak, sedangkan bedug atau beduk adalah gendang besar yang fungsinya sebagai media informasi.

Rampak bedug berarti seni bedug menggunakan waditra (bentuk fisik musik tradisional) dalam jumlah banyak yang ditabuh secara serempak, sehingga menghasilkan irama yang khas.

Kesenian tradisional tersebut memadukan musik tradisional, moderen, seni tari dan unsur religi.

Rampak bedug adalah pengembangan dari seni bedug atau ngadulag.

Jika ngadulag dapat dimainkan oleh siapa saja, maka rampak bedug harus dimainkan oleh para profesional.

Sejarah Singkat Rampak Bedug

Rampak bedug pertama kali dikembangkan untuk menyemarakan bulan suci Ramadan pada tahun 1950.

Pada saat itu, Kabupaten Pandeglang juga diadakan pertandingan rampak bedug antar kampung.

Pada tahun 1960, rampak bedug masih menjadi hiburan rakyat dan menyebar ke daerah-daerah di Banten.

Rampak bedug  yang berawal berdiri di Kecamatan Pandeglang, kemudian kesenian ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya hingga ke Kabupaten Serang.

Pada perkembangannya, rampak bedug tidak hanya dimainkan pada saat Ramadan atau hari raya saja.

Kesenian tersebut juga digunakan adu kreasi pemukul bedug di Banten.

Rampak bedug memiliki beragam fungsi, yaitu:

  • Nilai religi, rampak bedug berfungsi untuk menyemarakkan bulan suci Ramadan. Selain itu, kesenian ini juga sebagai pengiring takbiran.
  • Nilai hiburan, kemeriahan rampak bedug memiliki nilai hiburan atau rekreasi.
  • Nilai ekonomi, rampak bedug merupakan karya seni yang memiliki nilai jual. Masyarakat dapat mengundang seniman rampak bedug untuk memeriahkan acara-acara mereka, seperti pernikahan, khitanan, pagelaran budaya, dan lainnya.

Variasi Pukulan Rampak Bedug

Awalnya, penari rampak bedug hanya kalangan laki-laki saja, dalam perkembangannya penari perempuan juga turut menyemarakkan rampak bedug.

Kesenian rampak bedug biasanya ditampilkan 10 orang penari, yang terdiri dari lima penari perempuan dan lima penari laki-laki.

Pemain laki-laki biasanya sebagai penabuh bedug dan kendang, sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh bedug.

Pemain laki-laki dan perempuan juga sekaligus berfungsi sebagai penari.

Busana yang digunakan pemain rampak bedug adalah busana muslim dan muslimah, yang disesuaikan dengan perkembagan zaman dan unsur kedaerahan.

Penari laki-laki menggunakan model pakaian pesilat lengkap dengan sorban khas Banten.

Warna busana tidak hitam melainkan berwarna-warni yang menggambarkan kemoderenan, seperti hijau, merah, ungu, dan lain sebagainya (tidak selalu hitam dan putih saja).

Pemain perempuan menggunakan pakaian khas tari-tari tradisional dengan corak moderen dan relatif religius, seperti rok panjang bawah lutut dari bahan batik, yang bagian dalamnya menggunakan celana panjang pesilat.

Pada bagian luar menggunakan kain merah tanpa dijahit yang biasa dililitkan dan digunakan sebagai selendang.

Baju berupa lengan panjang yag dikeluarkan dan diikat menggunakan ikat pinggang besar. Sedangkan, rambut menggunakan sejenis sanggul bunga.

Sumber:

kebudayaan.kemdikbud.go.id dan indonesia.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/03/13/175201278/mengenal-rampak-bedug-dari-banten-pengertian-sejarah-dan-fungsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke