Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Nasir
Wartawan

Wartawan Kompas, 1989- 2018

Ketika Danau Toba Kemasukan Ikan Setan

Kompas.com - 24/02/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Nikson bingung bagaimana mengatasinya. Sepertinya sudah tidak ada jalan lain, karena ikan
setan itu sudah sangat banyak, menguasai danau.

“Telor ikan, dan udang pun habis dimakan,” kata Nikson yang mengaku tidak tahu siapa yang membawa masuk ikan predator tersebut.

Ikan setan itulah yang membuat Nikson sedih belakangan ini, karena masyarakatnya di tepian Danau Toba tidak mendapatkan penghasilan maksimum dari danau yang terkenal di seluruh penjuru dunia ini.

Memang di tepian Toba warga bisa memelihara ikan di keramba untuk kebutuhan konsumsi masyarakat. Tetapi keberadaan keramba dibatasi karena kotoran sisa pakan ikan di keramba membuat Toba tercemar.

Riko Hutasoit (39), nelayan yang tengah mencari ikan di tepi Danau Toba, tepatnya di Muara, Tapanuli Utara pada pagi yang cerah, menceritakan penderitaannya menjadi nelayan Toba.

“Sekarang sulit cari ikan, sehari penuh kadang-kadang dapat ikan Nila hanya untuk makan sehari. Dulu saya dapat ikan banyak, ikan Lobo-lobo dan Nila. Sekarang banyak ikan setan yang tidak bisa dimakan,” ujar Riko sambil mendayung perahu kayunya.

Ikan-ikan merah yang berlarian di sela-sela ganggang Toba, menurut petani, tidak bisa dimakan. Kalaupun ikan setan itu tertangkap jaring, akan dibuang.

“Tidak enak untuk dimakan, selain dagingnya tidak ada,” tuturnya.

Pengelola Danau Toba pun tidak tahu harus bagaimana mengembalikan ikan endemik Toba untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Debi Panjaitan, Sekretaris Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, UNESCO Global Geopark mengaku pihaknya belum tahu persis bagaimana mengembalikan kelestarian ikan Lobo-lobo.

Sementara salah satu yang dinilai UNESCO dalam penetapan Toba sebagai Geopark warisan dunia adalah kelestarian lingkungan dan ekosistemnya.

Dengan hilangnya ikan Lobo-lobo dan masuknya ikan predator penghuni Toba, apakah dapat dikatakan sebagai kerusakan lingkungan? Apakah dengan masuknya ikan predator itu sebuah siklus alam yang wajar, sehingga tidak perlu dipersoalkan?

Kelestarian alam dan ekosistemnya, tentu termasuk kelangsungan hidup penduduk sekitar yang semula mengandalkan ikan Lobo-lobo sebagai tambahan gizi keluarga.

Dengan demikian, sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat menjadi berkurang. Rekayasa untuk meningkatkan sumber daya alam diperlukan, supaya alam secara maksimum memberi manfaat penduduk sekitar.

Namun Tapanuli Utara terjadi krisis sumber daya manusia untuk menggali pontensi sumber daya alam. Anak-anak bersekolah dan kuliah ke luar Tapanuli Utara, seperti ke Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan kota-kota lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com