SUMBAWA, KOMPAS.com - F (16), seorang pelajar sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Sumbawa, menjadi korban anak panah saat melintas di Jalan Garuda, tepat di depan Dinas Kesehatan Sumbawa, Rabu (22/2/2023) malam.
F terkena anak panah di bagian pipi kanan. Pemuda itu berlari mencari pertolongan sejauh 70 meter dengan pipi terluka.
Baca juga: Tenggelam di Pantai Lawar Sumbawa Barat, Pria Asal Sumatera Ditemukan Meninggal
Pedagang kaki lima di Simpang Sernu yang melihat F kesakitan lalu membantu membawanya ke UGD RSUD Sumbawa. Kini, F dirawat intensif di RSUD Sumbawa.
"Anak saya dari PPN belajar kelompok, ingin pulang ke rumah di Sernu," kata ibu korban, Ismawati (40), yang ditemui Kompas.com, Kamis (23/2/2023).
Ismawati menyebut, anak panah itu tiba-tiba menancap di pipi kanan F yang sedang melintas di Jalan Garuda, Sumbawa.
"Luka di bagian pipi bawah, saat ini masih sakit. Anak saya belum bisa bicara dan kesulitan makan. Beruntung anak panah itu tidak tembus ke kerongkongan, gusi atau rahang," ucap Ismawati.
Keluarga korban telah melaporkan kasus tersebut ke Polres Sumbawa.
"Semoga menjadi pembelajaran. Siapapun pelakunya, saya maafkan. Saya berharap tidak ada korban lagi, dan Kepolisian bisa masifkan patroli saat malam hari," kata warga Desa Labuhan Sumbawa itu.
Teror anak panah saat malam hari sangat meresahkan masyarakat Kabupaten Sumbawa. Para pelaku juga kerap membuat keributan di jalan raya, seperti meminum minuman beralkohol dan tawuran.
"Semoga apa yang menimpa anak saya menjadi yang terakhir," harap Ismawati.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sumbawa Iptu Ivan Roland Christofel membenarkan seorang pelajar terkena anak panah di Jalan Garuda.
"Benar, ada korban dari anak panah nyasar tadi malam," kata Ivan yang dikonfirmasi, Kamis.
Polisi masih menyelidiki keberadaan pelaku teror anak panah yang meresahkan masyarakat itu. Ia juga mengimbau agar warga berhati-hati saat beraktivitas pada malam hari.
"Kami sudah tingkatkan patroli malam, agar tidak ada lagi teror Anak Panah yang meresahkan masyarakat," pungkas Ivan.
Maraknya fenomena gangster yang melibatkan anak juga mendapat perhatian dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sumbawa.
Menurut Sekretaris LPA Fatriatulrahma mengatakan, fenomena itu harus menjadi atensi semua pihak. Seluruh pemangku kepentingan, kata Atul, memiliki peran yang sama dalam kasus itu.
"Jika ada korban, seringkali kita cari kesalahan aparat keamanan padahal itu lintas sektor berperan," ujar Atul saat dikonfirmasi, Kamis.
Atul menegaskan, menjaga keamanan dan ketertiban bukan hanya tugas polisi dan Satpol PP, tetapi juga dinas, perangkat desa, hingga orangtua.
"24 jam pascaanak panah nyasar menelan korban, tetapi kita belum tahu pelakunya. Ini ada yang mesti diputuskan mata rantai gangster itu karena gampang pelaku melarikan diri," kata Atul sapaan akrab aktivis perempuan ini.
Baca juga: Viral Video 5 Orang Dikeroyok Anggota TNI di Sumbawa, Danrem 162/WB: Selidiki Tuntas
Ia meminta orangtua memantau aktivitas anak saat di dalam atau luar rumah.
"Saya kerap bertanya pada Anak yang berhadapan dengan hukum, apa yang terjadi? Dan selalu ada masalah yang tidak selesai baik di ramah personal, keluarga maupun lingkaran pertemanan anak itu," ungkap Atul.
Fenomena genkster bukan hanya karena viral atau tren di kalangan Gen Z, namun bisa jadi ada masalah yang tidak selesai, sehingga anggotanya mencari aktualisasi untuk membalas kepada semua anggota genk.
Memberlakukan jam malam yaitu pukul 9 malam kepada anak itu harus sebagai konsekuensi Kabupaten Layak Anak, agar anak terlindungi dan tidak menghabiskan waktu di luar saat malam hari.
"Dalam bahasa Sumbawa pesan kepada orangtua bahwa na beri anak lamen no pedi artinya jangan hanya menyayangi anak tetapi harus peduli dan mengasihinya," pesan Atul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.