Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan menjalani pernikahan dengan bahagia.
Kiai Gede Penanggungan menepati janjinya untuk mengajari Jaka Pandelegan.
Setelah beberapa tahun tinggal bersama Kiai Gede Penanggungan, Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan bermaksud menemukan hidup baru sebagai suami istri.
Baca juga: Sawunggalih, dari Cerita Rakyat ke Nama Kereta Api
Sebelum pasangan tersebut pergi, Kiai Gede Penanggungan memberikan benih padi.
Pesannya agar Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan memberikan benih padi tersebut kepada setiap orang yang meminta.
Dengan kata lain maksudnya adalah jangan sombong jika kelak sudah menjadi orang kaya.
Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan berjanji akan menepati pesan ayah mereka.
Tinggal di tempat baru
Di tempat baru, pasangan suami istri tersebut menanam benih padi itu. Padi tumbuh subur dan menghasilkan beras yang berlimpah.
Pasangan tersebut menjadi sangat kaya. Para tetangga yang miskin datang kepada pasangan tersebut untuk meminta benih padi.
Namun, Jaka Pandelegan tidak memberikan benih padi dan malah meminta tetangganya itu untuk bekerja keras.
Lama kelamaan, Kiai Gede Penanggungan mendengar perilaku buruk anak dan menantunya.
Kiai Gede Penanggungan mengunjungi anak dan menantunya untuk menagih janji.
Ia segera memanggil nama anak dan menantunya saat tiba di sawah. Sayangnya, anak dan menantunya mengabaikan panggilan tersebut.
Baca juga: Legenda Asal-usul Rawa Pening dan Pesan Moral
Kiai Gede Penanggungan marah besar mendapati perilaku anak dan menantunya tersebut.