Salin Artikel

Asal-usul Candi Pari dan Pesan Moral, Cerita Rakyat Jawa Timur

KOMPAS.com - Asal-usul Candi Pari merupakan cerita rakyat Jawa Timur.

Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Pari memiliki ciri khas bangunan Majapahit berupa bangunan berbahan baku bata merah.

Disebutkan NJ Krom, dalam penelitiannya yang termuat dalam buku Inleading Tot de Hindoe Javansch Khust pada tahun 1923, bahwa Candi Pari mendapat pengaruh dari Campa, khususnya candi di Mison.

Selain fakta sejarah yang mengungkapkan Candi Pari sebagai bagian benda purbakala.

Candi Pari juga memiliki cerita rakyat yang terangkum dalam asal-usul Candi Pari. Cerita rakyat merupakan cerita dari zaman dahulu yang berkembang dari mulut ke mulut. 

Barikut ini adalah asal-usul Candi Pari, sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur.

Asal-usul Candi Pari

Pada zaman dahulu kala, seorang laki-laki tua tinggal di Gunung Penanggungan. Ia bernama Kiai Gede Penanggungan.

Kiai Gede Penanggungan dikenal sakti dan memiliki kekuatan gaib. Selain itu, Kiai Gede Penanggungan juga mempunyai seorang putri yang cantik.

Putri tersebut bernama Dewi Walangangin. Meskipun cantik, namun Dewi Walangangin belum menikah.

Untuk itu, Kiai Gede Penanggungan berdoa siang dan malam agar putrinya segera menikah.

Suatu ketika datang pemuda tampan ke rumahnya. Pemuda yang bernama Jaka Pandelegan tersebut ingin menjadi muridnya untuk menimba ilmu.

Kiai Gede Penanggungan memenuhi permintaan pemuda tersebut dengan satu syarat, yakni menikahi putrinya.

Jaka Pandelegan pun sepakat akan menikahi putri Kiai Gede Penanggungan.

Pernikahan Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan

Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan menjalani pernikahan dengan bahagia.

Kiai Gede Penanggungan menepati janjinya untuk mengajari Jaka Pandelegan.

Setelah beberapa tahun tinggal bersama Kiai Gede Penanggungan, Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan bermaksud menemukan hidup baru sebagai suami istri.

Sebelum pasangan tersebut pergi, Kiai Gede Penanggungan memberikan benih padi.

Pesannya agar Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan memberikan benih padi tersebut kepada setiap orang yang meminta.

Dengan kata lain maksudnya adalah jangan sombong jika kelak sudah menjadi orang kaya.

Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan berjanji akan menepati pesan ayah mereka.

Tinggal di tempat baru

Di tempat baru, pasangan suami istri tersebut menanam benih padi itu. Padi tumbuh subur dan menghasilkan beras yang berlimpah.

Pasangan tersebut menjadi sangat kaya. Para tetangga yang miskin datang kepada pasangan tersebut untuk meminta benih padi.

Namun, Jaka Pandelegan tidak memberikan benih padi dan malah meminta tetangganya itu  untuk bekerja keras.

Lama kelamaan, Kiai Gede Penanggungan mendengar perilaku buruk anak dan menantunya.

Kiai Gede Penanggungan mengunjungi anak dan menantunya untuk menagih janji.

Ia segera memanggil nama anak dan menantunya saat tiba di sawah. Sayangnya, anak dan menantunya mengabaikan panggilan tersebut.

Kiai Gede Penanggungan marah besar mendapati perilaku anak dan menantunya tersebut.

Kemudian, Kiai Gede Penanggungan berseru dengan mengatakan bahwa anak dan menantunya seperti candi karena tidak dapat mendengarkan kata-katanya.

Seketika setelah, Kiai Gede Penanggungan mengucapkan kata-kata tersebut sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Secara perlahan, Dewi Walangangin dan Jaka Pandelegan berubah menjadi candi.

Karena candi berdiri di tengah padi (pari), maka masyarakat menyebut Candi Pari.

Pesan Moral Asal-usul Candi Pari

Pesan Moral Asal-usul Candi Pari adalah untuk menghargai, menghormati, dan patuh kepada nasehat orang tua.

Sumber:

repository.usd.ac.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/02/14/211512978/asal-usul-candi-pari-dan-pesan-moral-cerita-rakyat-jawa-timur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke