SEMARANG, KOMPAS.com - Ujung Sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) seperti lautan sampah. Tumpukan sampah tersebut semakin dekat ke permukiman warga.
Tumpukan sampah yang berada di Kampung Nelayan Tambakrejo itu membuat warga resah. Selain ancaman kesehatan, keberadaan sampah-sampah itu juga mengancam ekosistem laut.
Kekhawatiran warga soal ancaman ekosistem laut itu terbilang masuk akal karena mayoritas warga Tambakrejo berprofesi sebagai nelayan.
Baca juga: Alami Rem Blong Saat Perjalanan ke TPA Sarimukti, Truk Sampah Terguling di Bandung Barat
Manager Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jateng, Iqbal Alghofani mengatakan, penumpukan sampah di muara Sungai BKT memang terjadi setiap tahun.
"Kami sudah sering menyampaikan ini karena sudah terjadi setiap tahun," jelasnya saat dikonfirmasi, Selasa (24/1/2023).
Saat ini, WALHI Jateng sedang mencari solusi soal penanganan tumpukan sampah yang ada di muara Sungai BKT tersebut.
"Kita sudah pernah menyampaikan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang juga," ujar Iqbal.
Baca juga: Aniaya Tetangga gara-gara Sampah, Pria di Labuan Bajo Jadi Tersangka dan Ditahan
Jarak antara tumpukan sampah dengan permukiman warga Tambakrejo berjarak 100 meter. Mayoritas sampah berjenis plastik yang mengancam kesehatan.
"Kebanyakan berupa plastik, bisa menjadi mikro plastik dan jika dimakan ikan bakal mempengaruhi kesehatannya," ungkapnya.
Beberapa catatan yang dia peroleh, ditemukan ikan yang mempunyai kelamin ganda dan terganggu kesehatannya.
"Sehingga tak bagus kalau dikonsumsi," ucapnya.
Warga sudah mulai terserang penyakit gatal-gatal. Selain itu, jumlah nyamuk juga semakin banyak semenjak ada tumpukan sampah di Sungai BKT itu.
"Sampah-sampah itu dari aliran sungai," ujar Iqbal.
Warga Tambakrejo, Kharis menjelaskan, lokasi tumpukan sampah-sampah tersebut awalnya ditumbuhi pohon mangrove. Namun, saat ini sudah mulai hilang.
"Tahun 2012 area yang sekarang banyak sampah itu dipenuhi dengan mangrove tapi sekarang berangsur hilang," ujar dia.
Dia menjelaskan, akibat tumpukan sampah tersebut membuat pasir yang ada di bibir sungai itu menjadi terlihat kotor karena banyak sampah.
"Tahun 2022 banyak sampah juga, sekarang terjadi lagi," kata Kharis.
Menurutnya, tumpukan sampah tersebut didominasi dengan sampah industri dan plastik. Dia meyakini, sampah-sampah tersebut kiriman dari daerah atas.
"Ini terbawah arus sungai. Kalau sampah rumah tangga dari sini sudah dikelola warga," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.