SUMBAWA, KOMPAS.com- Sudah sepekan cuaca ekstrem, angin kencang dan gelombang tinggi menerjang pesisir utara dan selatan Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dampaknya, sejumlah nelayan tidak bisa melaut, salah satunya Abdul Gani (54).
"Sudah satu minggu saya tidak bisa melaut. Pendapatan otomatis menurun," kata Gani yang ditemui Selasa (3/12/2023) malam.
Baca juga: Dampak Cuaca Ekstrem, 1 Hektare Lahan Jagung di Sumbawa Rusak
Akibat gelombang tinggi, Gani tidak bisa lagi menyandarkan perahunya di pinggir Pantai Jempol. Sebab, di tengah cuaca buruk perahunya bisa saja terseret gelombang.
"Saya sandarkan perahu di pelabuhan Badas agar tidak terseret arus gelombang," sebut Gani.
Gani harus memutar otak agar bisa memberi makan cucu dan istrinya. Pria itu memiliki 9 anak, namun semuanya telah berumah tangga.
Kini dia tinggal bersama sang istri dan satu cucu yang masih bersekolah di bangku SD.
Baca juga: Pedagang Kaget, Iriana Jokowi Beli Cobek di Lapaknya Saat Kunjungi Pasar Utan Sumbawa
Kini setiap hari Gani memancing ikan di dekat Pelabuhan Badas. Hasil ikan yang didapat tentu tak sebanyak jika dia bisa melaut.
Ikan hasil pancingan yang tak seberapa itu, biasanya ia jual untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.
Gani pun membantu istrinya berjualan di warung yang berlokasi di pinggir Pantai Jempol, Labuhan, Sumbawa.
Biasanya sore hari, Gani sudah menggelar tikar di pinggir pantai tersebut untuk pengunjung.
"Kami jual aneka makanan khas Sumbawa dan olahan hasil laut. Alhamdulillah ada saja pengunjung meski cenderung sepi sekarang karena cuaca ekstrem ini masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah," jelas Gani.
Menurutnya setiap pukul 22.00 Wita, air laut akan naik sampai setinggi lutut orang dewasa di kawasan warungnya.
"Sudah 3 hari air laut pasang naik sampai warung," ucap Gani.
Baca juga: Dampak Cuaca Ekstrem di Sumbawa, Pohon Tumbang Sebabkan Arus Utama menuju Bima Sempat Putus
Nelayan lainnya yang bernasib sama adalah Adnan (50). Dia terpaksa menyambung hidup keluarganya dengan memancing ikan.