Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DDS Gunakan 2 Sendok Sianida untuk Bunuh Keluarganya di Magelang, Polisi Sebut 2 Miligram Sudah Mematikan

Kompas.com - 02/12/2022, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Fakta baru dalam kasus pembunuhan satu keluarga di Magelang, Jawa Tengah adalah jenis racun yang digunakan DDF (22) bukan arsenik, namun sianida.

Hal tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik saat otopsi 3 jenazah korban.

Tiga korban yang tewas adalah ayahnya, Abbas Ashar (58), ibunya, Heri Riyani (54), dan kakak perempuan pertama, Dhea Choirunnisa (25).

"Jelas penyebab kematian akibat masuknya racun. Kemarin pemeriksaan laboratorium sudah keluar dan hasilnya positif sianida. Hanya sianida saja," jelas Kepala Biddokkes Polda Jawa Tengah, Kombes Summy Hastry Purwanti, Rabu (30/11/2022).

Baca juga: DDS Susun Rencana Bunuh Keluarganya, Usai Gagal Pakai Arsenik, Pelaku Beli Sianida lalu Dicampurkan ke Minuman Korban

Ia mengatakan kandugan sianida yang ditemukan berada di organ lambung, sampel darah, dan urine ketiga korban.

Pada bagian bibir dalam, tenggorokan hingga lambung dan usus korban juga ditemukan ciri-ciri adanya zat beracun dan berwarna kemerahan.

Ketika ditanya jumlah sianida yang dicampukan oleh pelaku ke minuman korban, Summy Hastry tidak dapat menjawab karena sebagian racun sudah masuk ke tubuh korban.

Namun berdasarkan pengakuan dari DDS, jumlah sianida yang dimasukkan sebanyak dua sendok untuk setiap gelas.

Ia juga menambahkan jumlah sianida yang dapat mematikan tergantung berat badan dan keadaan fisik korban.

Baca juga: Kala Teh dan Kopi Bercampur Sianida Renggut Nyawa Ayah, Ibu, dan Anak di Magelang...

"Sekitar dua sendok itu cukup besar. Jadi kalau di ilmu toksikologi, dua miligram sianida itu sudah sangat mematikan," jelasnya.

Summy mengatakan jika minuman berwarna yang sudah tercampur dengan sianida maka tidak akan terlihat oleh mata manusia.

"Sulit karena berwarna ya, kecuali kalau air biasa kelihatan ini. Jika minuman berwarna seperti teh dan kopi sulit disadari," jelas dia.

Menurutnya pelaku menggunakan racun jenis sianida karena percobaan pertama yang gagal.

Saat percobaan pembunuhan, pelaku sempat mencampurkan racun jenis arsenik ke minuman dawet dan diberikan ketiga anggota keluarganya.

Baca juga: 5 Kasus Pembunuhan dengan Sianida, Ada yang Dicampur Sate hingga Kopi

Namun percobaan ini gagal karena para korban hanya merasakan mual dan tidak meninggal dunia.

Dari sinilah pelaku memutuskan menggunakan sianida untuk percobaan pembunuhan kedua.

"Tertelan tapi kadarnya sedikit. Pelaku mempelajari dari percobaan pertama dan menggunakan sianida," pungkas Summy.

Motif pembunuhan dibantah keluarga

Proses pemakaman keluarga yang tewas diracun anak sendiri di TPU Sasono Loyo Dusun Prajenan, Desa/Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jateng, Senin (28/11/2022) malam.KOMPAS.COM/IKA FITRIANA Proses pemakaman keluarga yang tewas diracun anak sendiri di TPU Sasono Loyo Dusun Prajenan, Desa/Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jateng, Senin (28/11/2022) malam.
Saat diperiksa, DDS mengaku membunuh ketiga anggota keluarganya karena sakit hati menjadi tulang punggung keluarga.

Namun motif tersebut dibantah sang paman, Sukoco yang merupakan kakak korban Heri Riyani.

"Selain itu saya meluruskan berita yang simpang siur, bahwa pengakuan tersangka dia jadi penanggung jawab atau tulang punggung itu tidak benar. Sama sekali tidak benar," tegasnya pada Selasa (29/11/2022).

Ia menjelaskan selama ini Dhio selalu hidup boros dan membebani perekonomian keluarga. Ia juga menyebut Dhio pandai berbohong ke orangtua agar diberi uang yang jumlahnya tidak sedikit.

Baca juga: Sempat Bohong, Anak Kandung yang Bunuh Satu Keluarga di Magelang Ternyata Penganggur

"Bahkan justru yang merusak dana-dana orang tua itu, dia sendiri.Dengan kebohongan-kebohongannya, kepandaiannya, sehingga dana-dana orang tua digerogoti," pungkasnya.

Bahkan, Sukoco mendapat informasi dari korban, Heri Riyani jika uang jajan bulanan Dhio mencapai Rp 32 juta sebulan.

Hal tersebut diceritakan Heri Riyani kepada Sukoco beberapa bulan sebelum kejadian pembunuhan.

"Jadi waktu almarhumah adik saya (Heri Riyani), pernah beberapa bulan yang lalu bertemu dengan saya 'mas ini untuk pengeluaran Dhio satu bulan 32 juta' untuk kursus bahasa Inggris, belum yang lain-lainnya," kata dia.

"Namun kursusnya belum dibuktikan benar adanya," imbuhnya.

Baca juga: Mengaku Jadi Pegawai, Pembunuh Satu Keluarga di Magelang Ternyata Penganggur, Polisi: Keterangannya Palsu

Sementara itu Plt Kapolresta Magelang, AKBP Mochammad Sajarod Zakun menjelaskan petugas masih terus mendalami motif Dhio melakukan pembunuhan.

ada motif lain yang membuat Dhio membunuh keluarganya sendiri selain motif sakit hati.

Ketika ditanya terkait kemungkinan adanya motif warisan, Mochammad Sajarod mengatakan jika petugas masih mendalami motif yang ada terlebih dahulu.

"Ini yang sedang kami dalami karena bagaimana pun juga motif-motif lain pasti ada, tidak hanya satu. Namun, yang ada saat ini adalah sakit hati. Ini sedang kami dalami," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dhio Daffa Gunakan 2 Sendok Sianida untuk Bunuh Keluarganya, Polisi: 2 Miligram Sudah Mematikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com