Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Tradisi Menimbun Laut di Pulau Bungin dan Dampaknya pada Lingkungan

Kompas.com - 28/10/2022, 06:47 WIB
Susi Gustiana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SUMBAWA, KOMPAS.com - Masyarakat di Pulau Bungin, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mempunyai tradisi menimbun laut dengan batu-batuan dan tanah sebagai tempat tinggal bagi pasangan yang telah menikah.

"Benar, tradisi itu ada di Pulau Bungin," kata Rahmawati (49), warga Pulau Bungin, Kamis (27/10/2022).

"Sebagai bukti cinta sebelum mempelai pria mempersunting mempelai wanita," imbuh Rahmawati.

Baca juga: Mengenal Pulau Bungin, Kondisi Geografis, Potensi, dan Suku Bajo

Menurutnya, hukum adat perkawinan di Pulau Bungin mengharuskan setiap pasangan yang akan dan telah menikah agar mampu membangun rumah sendiri.

Salah satu caranya memiliki modal untul membeli material bebatuan dan tanah agar terlebih dahulu membuat daratan (reklamasi). Setelah itu, baru dimulai proses membangun, baik bentuknya rumah panggung atau rumah batu. Jarak antar rumah di Pulau Bungin sangat rapat.

Rumah sebagai hadiah atau mahar sebelum menjemput pujaan hati untuk hidup berumah tangga.

Baca juga: Tangis Ibu di Sumbawa, Anaknya Menjadi Korban Pencabulan dan Berhenti Sekolah, Sang Suami Depresi

"Saat laki-laki sudah cukup usia, mereka akan pergi merantau. Ada yang melaut mencari ikan, berlayar, mencari muntahan paus dan mutiara, menjadi nakhoda kapal, pergi ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) serta profesi lainnya," sebut Rahmawati.

Suku Bajo asal Sulawesi Selatan yang telah lama menetap di Pulau Bungin, sangat terkenal dengan kepiawaiannya dalam menaklukkan lautan.

Tak heran jika saat ini, mayoritas penduduk Pulau Bungin berpencaharian sebagai nelayan. Oleh sebab itu, merantau dan meninggalkan pulau bukan pilihan hidup bagi masyarakat yang telah menjalin hubungan emosional dan kultural yang kuat dengan laut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Julmansyah, saat ditemui di Pulau Bungin, Sumbawa, Kamis (27/10/2022)KOMPAS.com/Susi Gustiana Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Julmansyah, saat ditemui di Pulau Bungin, Sumbawa, Kamis (27/10/2022)
Dampak terhadap lingkungan

Tradisi memiliki rumah dengan menimbun lautan, menyebabkan pulau yang awalnya memiliki luas 4,5 hektare ini semakin bertambah luas menjadi lebih dari 8,5 hektare.

Meskipun sudah mendapat julukan sebagai pulau terpadat di dunia, luas tanah reklamasi adat tidak berbanding lurus dengan naiknya angka pertumbuhan penduduk yang saat ini telah mencapai 3.600 jiwa dengan rincian 900 kepala keluarga. Mahalnya biaya reklamasi dan membangun tempat tinggal, tak pelak dalam satu rumah terdiri dari satu sampai tiga kepala kepala keluarga.

Di sepanjang pulau yang berdiri di atas tumpukan karang ini, sulit menjumpai pepohonan. Salah satu alasannya karena area pemukiman padat penduduk dan bibir pantai yang luas. Bahkan, wisatawan kerap melihat keunikan dari kambing warga di Pulau Bungin yang terkenal memakan kertas dan plastik. Sebab sulit menemukan padang rumput sebagai sumber makanan bagi hewan herbivora itu.

Baca juga: Pelajar SMP di Sumbawa Diduga Dicabuli Lebih dari 1 Pelaku, Diketahui Saat Petugas Lakukan Razia

Bertambahnya daratan di Pulau Bungin dari tahun ke tahun masih tidak sejalan dengan luas hutan mangrove sebagai penyangga kawasan. Kondisi ini semakin menambah kerentanan terhadap risiko bencana abrasi yang dapat terjadi kapan saja.

Selain itu, ancaman naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim di wilayah pesisir harus dilakukan mitigasi. Oleh karena itu, perlu penanaman mangrove lebih banyak lagi sebagai langkah rehabilitasi dan meningkatkan laju penyerapan emisi di atmosfer.

Baca juga: Kantongi 11 Poket Sabu Seberat 15,27 Gram, Pria di Sumbawa Dibekuk

Hal itu seperti yang disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Julmansyah pada Kamis (27/10/2022). Julmansyah menjelaskan, 11.000 hektare luas hutan mangrove yang ada di NTB semakin berkurang karena laju deforestasi dan alih fungsi menjadi tambak. Pemerintah berupaya memberikan bantuan dan pemberdayaan kelompok.

"Menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua. Apabila lingkungan itu rusak maka kita semua yang akan menanggung akibatnya," kata Julmansyah.

Melihat kondisi tersebut, Komunitas Bungin Peduli telah bergerak melakukan penanaman mangrove sejak tahun 2013.

"Kami hadapi tantangan luar biasa. Karena mengajak masyarakat untuk menanam pohon, dan mencintai lingkungan bukan hal mudah. Saya terus berikan keteladan, hingga kesadaran itu muncul," kata Sukiman (35), anggota Komunitas Bungin Peduli, Kamis (27/10/2022).

Upaya menumbuhkan kesadaran dilakukan secara terus menerus melalui diskusi rutin dan kolaborasi dengan anak muda melalui Karang Taruna di Desa Pulau Bungin. Setelah para pemuda satu visi, sambung Sukiman, kegiatan komunitas Bungin peduli dapat menjadi gerakan bersama.

"Kami tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan dan kolaborasi dari semua stakeholders yang peduli terhadap keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem laut di Pulau Bungin," harap Sukiman.

Penanaman bibit mangrove di Pulau BunginSusi Gustiana Penanaman bibit mangrove di Pulau Bungin
Sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dan mengurangi emisi, PT Sumitomo Indonesia dan PT Gas Strategis Indonesia (GSI) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa memberikan bantuan 35.000 bibit mangrove di Pulau Bungin.

Penanaman mangrove disambut gembira oleh masyarakat, pelajar, mahasiswa, dan komunitas pecinta lingkungan.

Bupati Sumbawa, Mahmud Abdullah dalam sambutannya mengatakan, kegiatan penanaman mangrove merupakan upaya pemulihan dan rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, khususnya di Pulau Bungin.

Baca juga: Gempa M 4,4 Guncang Sumbawa Barat, Tak Berpotensi Tsunami

Hal itu sejalan dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir. Selain itu, dalam jangka panjang dapat mengurangi emisi karbon.

"Harapan besar kita ke depan, hutan mangrove menjaga kelestarian ekosistem Teluk Saleh sebagai biosfer dunia yang sudah ditetapkan UNESCO," ujar Bupati.

Bupati berharap, keberadaan hutan mangrove dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat di Desa Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.

"Kita tahu mangrove atau bakau adalah habitat dari aneka makanan laut bergizi dan berdaya jual tinggi seperti kepiting, kerang, dan lainnya sehingga dampak ekonomi bisa dirasakan," katanya.

Ia berpesan agar masyarakat menjaga dan merawat mangrove yang ada di Pulau Bungin ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Regional
Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Regional
Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Regional
Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Regional
Meriahnya 'Semarang Night Carnival', Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Meriahnya "Semarang Night Carnival", Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Regional
Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Regional
Setelah Nasdem, Bupati Solok Daftar ke Demokrat untuk Maju di Pilgub Sumbar

Setelah Nasdem, Bupati Solok Daftar ke Demokrat untuk Maju di Pilgub Sumbar

Regional
Anak Disabilitas di Ambon Ditemukan Kurus Penuh Air Kencing, Diduga Ditelantarkan Kakak Angkat

Anak Disabilitas di Ambon Ditemukan Kurus Penuh Air Kencing, Diduga Ditelantarkan Kakak Angkat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
6 Kali Terpilih Jadi Anggota DPRD, The Hok Hiong: Pemilu 2024 yang Terakhir

6 Kali Terpilih Jadi Anggota DPRD, The Hok Hiong: Pemilu 2024 yang Terakhir

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
PKS dan Golkar Kuasai Kursi DPRD Kabupaten Sumbawa 

PKS dan Golkar Kuasai Kursi DPRD Kabupaten Sumbawa 

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com