Di tengahnya diisi dengan selembar dakron tipis dan kemudian melalui proses quilting. Menggarap quilting ibarat mengukir motif ornamen berbentuk jahitan di atas selembar kain perca yang dilapisi dakron.
Lyna menceritakan, kerajinan dari bahan perca kebanyakan dikerjakan dengan metode quilting. Baik quilting manual dengan tangan ataupun dengan mesin.
Lembaran dakron tipis sengaja diletakan dalam kain untuk menghasilkan kesan timbul pada hasil akhir produknya.
“Produk paling memakan waktu itu bedcover. Kalau quilting pakai mesin, bedcover bisa selesai tiga hari. Kalau jahit tangan ya minimal 2-4 minggu,” terangnya.
Sementara itu, harga produk termurah sarung bantal dibanderol harga Rp 75.000 dan termahal bedcover mencapai Rp 3,5 juta. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.
“Saya juga kerja sama beli perca dari konveksi biar bisa memanfaatkan limbah fashion jadi produk bernilai seperti ini,” imbuhnya.
Baca juga: Kurangi Limbah Pakaian Mulai dari Lemari Pakaian Sendiri
Sampai saat ini Lyna mempekerjakan empat karyawan di rumah produksinya. Ia juga membuka kesempatan belajar untuk anak-anak magang SMK.
Baginya, usaha ini bukan sekadar ladang bisnis yang mengurangi limbah fashion. Akan tetapi hobi yang ditekuni agar dirinya tak jenuh pada satu pekerjaan saja.
Dari keaktifannya menjalin relasi dan mengikuti pelatihan, kini Lyna berhasil mengirim produk ke Jerman dan Belanda.
Bahkan setelah mengirim 100 pcs sampel permintaan produk ke Belanda, saat ini ia mengerjakan pesanan ulang ketiga kalinya.
“Ini repeat order ketiga baru dibuat lagi. Sarung bantal tenun kemarin 50 pcs, sama sarung bantal dan taplak perca 40 pcs,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.