Salin Artikel

Sulap Limbah Pakaian Jadi Kerajinan, Kini Dibanjiri Pesanan Sampai Belanda

Lalu muncul dorongan untuk bertanggung jawab mengolah limbahnya. Kumpulan kain perca miliknya pun disulap menjadi berbagai produk kerajinan yang ciamik.

Mulai dari hiasan rumah, sarung bantal, taplak meja, souvenir, hingga bedcover. Ia juga membuat aksesoris fesyen seperti topi dan rompi.

“Jadi perca sisa jahitan selalu saya kumpulkan sampai banyak, dan terpikirkan untuk mengolahnya lagi jadi produk baru,” tutur pemilik Double Eight Craft itu kepada Kompas.com, Senin (17/10/2022).

Awalnya melalui relasi pertemanan yang dimiliki, Lyna mengikuti pameran produk olahan perca miliknya di Kalimantan Selatan.

Alhasil Lyna langsung mendapat borongan pesanan suvenir sebanyak 2.000 pcs untuk ulang tahun Banjarmasin beberapa tahun lalu. Produknya justru melejit di luar Jawa terlebih dahulu.

Kemudian ia mulai mengikuti berbagai event pameran dan pelatihan. Lyna bergabung dalam kelompok UMKM tinggat kota dan provinsi.

Pada 2020 produknya lolos dalam UMKM Indonesia hingga masuk 100 besar. Di tahun berikutnya ia kembali terpilih sebagai peserta Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI), program besutan Kemenparekraf untuk pelaku UMKM di Jateng.

Ia berkesempatan memamerkan puluhan produknya di stand AKI 2021. Keunikan produknya berhasil menarik perhatian Nur Asiah Uno. Sebuah wall hanging buatan Lyna dibungkus oleh istri Sandiaga Uno yang berkunjung di gedung PRPP kala itu.

Kompas.com juga berkesempatan menyaksikan proses produksi yang terletak di Jalan Sonokeling II, Plamongan Indah, Kota Semarang.

Mula-mula kain perca pilihan dicuci dan dipotong dengan ukuran 5-10 sentimeter. Lalu Lyna menyusun potongan kain sesuai pola, warna, dan konsep yang sudah dirancang olehnya.

Biasanya ia mengurutkan gradasi dan motif kain yang sesuai konsep untuk kemudian dijahit menjadi selembar kain.

“Yang lama itu proses desainnya, karena butuh inspirasi. Kain perca ini mau dibuat apa biar cantik,” kata Lyna.

Begitu tercerahkan dengan sebuah ide, eksekusi tak memakan banyak waktu bagi tangannya yang sudah lihai menggarap potongan perca dan quilting.

Selembar kain dari rangkaian perca tadi kemudian ditumpuk dan dijahit dengan selembar kain motif atau polos yang bukan dari perca.

Di tengahnya diisi dengan selembar dakron tipis dan kemudian melalui proses quilting. Menggarap quilting ibarat mengukir motif ornamen berbentuk jahitan di atas selembar kain perca yang dilapisi dakron.

Lyna menceritakan, kerajinan dari bahan perca kebanyakan dikerjakan dengan metode quilting. Baik quilting manual dengan tangan ataupun dengan mesin.

Lembaran dakron tipis sengaja diletakan dalam kain untuk menghasilkan kesan timbul pada hasil akhir produknya. 

“Produk paling memakan waktu itu bedcover. Kalau quilting pakai mesin, bedcover bisa selesai tiga hari. Kalau jahit tangan ya minimal 2-4 minggu,” terangnya.

Sementara itu, harga produk termurah sarung bantal dibanderol harga Rp 75.000 dan termahal bedcover mencapai Rp 3,5 juta. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.

“Saya juga kerja sama beli perca dari konveksi biar bisa memanfaatkan limbah fashion jadi produk bernilai seperti ini,” imbuhnya.

Sampai saat ini Lyna mempekerjakan empat karyawan di rumah produksinya. Ia juga membuka kesempatan belajar untuk anak-anak magang SMK.

Baginya, usaha ini bukan sekadar ladang bisnis yang mengurangi limbah fashion. Akan tetapi hobi yang ditekuni agar dirinya tak jenuh pada satu pekerjaan saja.

Dari keaktifannya menjalin relasi dan mengikuti pelatihan, kini Lyna berhasil mengirim produk ke Jerman dan Belanda.

Bahkan setelah mengirim 100 pcs sampel permintaan produk ke Belanda, saat ini ia mengerjakan pesanan ulang ketiga kalinya.

“Ini repeat order ketiga baru dibuat lagi. Sarung bantal tenun kemarin 50 pcs, sama sarung bantal dan taplak perca 40 pcs,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/18/193740078/sulap-limbah-pakaian-jadi-kerajinan-kini-dibanjiri-pesanan-sampai-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke