BANDUNG, KOMPAS.com - Antrean panjang kendaraan yang hendak mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa SPBU di Kabupaten Bandung masih terjadi. Bahkan di jam-jam tertentu, antreannya begitu mengular.
Padahal, kenaikan harga BBM bersubsidi sudah hampir menginjak satu bulan. Pemerintah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi pada Sabtu (3/9/2022).
Misalnya di SPBU Jalan Raya Rancaekek, Kabupaten Bandung. Di sana, antrean kendaraan roda dua lebih mendominasi dibanding roda empat.
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut Realisasi BLT BBM Capai 95,9 Persen, Akhir Tahun Ditargetkan Selesai
Rata-rata, para pengendara roda dua rela mengorbankan waktu 20 menit sampai 30 menit untuk mendapatkan suplai BBM jenis Pertalite.
Fenomena antrean kendaraan yang mengular hingga ke jalan tersebut, dikeluhkan Muhamad Yusuf (25), pengendara ojek online yang kerap beroperasi di wilayah timur Kabupaten Bandung.
Yusuf mengatakan, hampir di semua SPBU di wilayah timur Kabupaten Bandung, termasuk Rancaekek kerap ditemui antrean kendaraan di jalur Pertalite. Tak jarang, antreannya membuat jalan di sekitarnya macet.
"Padahal sudah mau sebulan, tapi tetap saja gini, saya kurang tahu apa penyebabnya, tapi semuanya rata-rata kaya gini," ujarnya ditemui di SPBU Rancaekek, Selasa (27/9/2022).
Diakuinya, antrean tersebut kerap menghambat proses Yusuf ketika sedang mencari penumpang.
Ia harus berkali-kali menjelaskan pada kliennya dan meminta maaf atas keterlambatan yang terjadi akibat harus mengantre cukup lama di SPBU.
Tak jarang, sambung dia, calon penumpang yang enggan menunggu kerap membatalkan pesanannya dan memilih mencari driver lain.
"Ya kalau harus jujur, saya merugi cukup sering karena antrean ini, banyak orderan yang dibatalkan karena penumpangnya gak mau nunggu," keluh Yusuf.
Yusuf juga mengaku, performa di aplikasi driver onlinenya saat ini menurun, lantaran penumpang kerap memilih performa kurang memuaskan akibat harus menunggu lama.
Tak sampai di situ, profesinya yang mengandalkan ketepatan waktu harus kembali terhambat dengan adanya antrean di SPBU. Selama 20 sampai 30 menit harus ia korbankan untuk mengantre demi mendapatkan bahan bakar yang cukup.
Sementara, pihak pengelola platform yang digunakannya tak memberikan kompensasi atas hal itu.
"Kebayangkan berdampak pada semua, saya merasa banyak dirugikan, sudah waktu harus terbuang lama di sini, terus biaya operasional juga semakin meningkat, tapi belum ada kompensasi dari platfrom yang saya gunakan," ungkapnya.
Hal serupa dikeluhkan Omat Hidayat (32), sopir angkot jurusan Cileunyi-Majalaya.
Omat mengaku, dampak dari antrean yang kerap terjadi di SPBU membuat performanya semakin buruk.
Baca juga: Harga BBM Dikabarkan Naik Besok, Warga Lampung Antre Pertalite Ratusan Meter
Biasanya dalam sehari, Rohmat bisa menjalankan angkotnya 3 sampai 4 rit (pulang-pergi).
Namun, setelah terjadinya kenaikan BBM dan antrean di sepanjang SPBU ia hanya bisa narik 2-3 rit.
"Ya rugi lah, antrean kaya gini dampaknya ke kita yang banyak, waktu terbuang terus yang penumpang juga harus ekstra sabar, kadang ada aja yang ngeluh ke kita," ujar Omat.
Kepada Kompas.com Yusuf mengaku sudah beberapa kali mengisi bahan bakar di penjual bensin eceran.
Hal itu ia lakukan guna menghemat waktu, sekalipun harus merogoh kocek lebih banyak. Jika harga Pertalite di SPBU Rp 10.000 per liter, di tempat eceran Rp 12.000.
"Saya milih nambahin Rp 2.000 tapi performa saya tetap bagus, penumpang gak nunggu lama," kata dia.
Yusuf mengatakan, hampir rata-rata pengemudi driver online dan ojeg pangkalan saat ini kerap mengisi bensin di pedagang bensin eceran.
"Gak pernah tuh ada ceritanya pedagang eceran penuh, lebih praktis lagi," jelasnya.
Deden Nurhadi, Supervisor SPBU Rancaekek mengatakan, antrean panjang memang telah terjadi pasca-naiknya harga BBM. Terutama untuk pengisian Pertalite roda dua.
Deden menduga banyak pemilik kendaraan roda dua yang beralih dari Pertamax ke Pertalite akibat kenaikan harga BBM.
Hal itu terlihat dari stok Pertalite yang kerap habis lebih cepat.
"Sekarang 24 ton pengiriman bahan bakar itu, bisa habis hanya dalam beberapa hari saja, dulu kadang berimbang gitu antara Pertalite dan Pertamax," kata dia.
Antrean panjang yang kerap mengular hingga ke jalan, lanjut dia, terkadang membuat petugas kerepotan. Sebab ia dan sekuriti harus mengamankan atau merapikan lajur antrean.
"Ya kadang nambah pekerjaan, tapi gimana lagi namanya juga tugas supaya gak menganggu yang di jalan, ya harus diurai," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.