Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pondok Pesantren Modern Gontor, Kisah Berawal dari Desa Kecil Bernama Tegalsari

Kompas.com - 07/09/2022, 05:55 WIB
Rachmawati

Editor

Putera pertama Kyai Santoso, R Rahmat Sukarto kemudian menjadi Kepala Desa Gontor. Sementara tiga adiknya dimasukkan ke pesantren untuk memperdalam agama.

Mereka dididik agar bisa meneruskan perjuangan keluarga dan mengembalikan kembali Pondok Pesantren Gontor yang mati suri.

Ketiga putera Kyai Santoso adalah Ahmad Sahal (putera kelima), Zainuddin Fannani (uutera keenam) dan Imam Zarkasyi (putera ketujuh).

Belum selesai masa belajar, mereka mendapatkan cobaan yakni sang ibu meninggal dunia.

Baca juga: 5 Hal Soal Tewasnya Santri di Pondok Gontor karena Dianiaya, Disebut Kelelahan hingga Sang Ibu Mengadu ke Hotman Paris

Setelah selesai menimba ilmu dari berbagai pesantren, akhirnya mereka bertiga kembali ke kampung kelahirannya untuk menghidupkan kembali pesantren milik kelyarga sang ayah.

Pada tahun 1926, mereka membuka Tarbiyatul Athfal yakni program pendidikan anak untuk masyarakat Gontor.

Sarana pendidikan sangat sederhana. Mereka belajar di alam terbuka dengan beralaskan tikar daun kelapa dipimpin Pak Sahal (panggilan populer untuk KH Ahmad Sahal).

Saat malam hari, mereka belajar diterangi lampu batok. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun ikut belajar di tempat itu.

Baca juga: Sejarah Ponpes Gontor, Pondok Pesantren Modern di Ponorogo yang Berdiri Sejak Tahun 1926

Pada tiga tahun pertama, jumlah santri bertambah menjadi 300 orang. Mereka belajar tanpa dipungut biaya.

Pada di tahun ketujuh, siswa TA mencapai 500 putra dan putri. Mereka masih belajar di rumah-rumah penduduk dan sebagian di alam terbuka.

Di tahun kesepuluh, dibentuklah Anshar Gontor yakni orang-orang yang bertugas mencari dana di seluruh Jawa untuk membangun ruang kelas. Para santri juga dilibatkan dalam pembuatan batu merah.

TA pun berkembang dan didirikanlah TA lain di desa-desa sekitar Gontor. Dan pada tahun 1932, dibuatlah jenjang pendidikan di atas TA yang diberi nama Sullamul Muta'allimin .

Pada tingkatan ini para santri diajari secara lebih dalam dan luas pelajaran  fikih, hadis, tafsir dan terjemah al-Qur’an. Santri juga diajari cara berpidato, cara membahas suatu
persoalan serta diberi sedikit bekal untuk menjadi guru berupa ilmu jiwa dan ilmu
pendidikan.

Baca juga: Anaknya Meninggal di Pesantren Gontor, Soimah: Cukup Anak Saya

 

Di samping itu mereka juga diajari ketrampilan, kesenian, olahraga, gerakan kepanduan, dan lain-lain.

Kehadiran TA dan SM membawa angin segar bagi minat belajar masyarakat.

Pada usia 10 tahun, Pondok Gontor membuat acara syukuyran dengan pembukaan pendidikan baru tingkat menengah pertama dan menengah atas yang dinamakan Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) atau Sekolah Guru Islam

Pendidikan itu dibukan pada tanggal 19 Desember 1936, yang menandai kebangkitan sistem pendidikan modern di lingkungan pondok pesantren.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com