Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pondok Pesantren Modern Gontor, Kisah Berawal dari Desa Kecil Bernama Tegalsari

Kompas.com - 07/09/2022, 05:55 WIB
Rachmawati

Editor

Setelah menjadi tanah perdikan, Tegalsari semakin dikenal penduduknya juga bertambah banyak. Para santri mulai berdatangan dari berbagai daerah untuk belajar.

Sebuah masjid kemudian dibangun dan di sekitarnya dibangun pondok-pondok kecil untuk tempat tinggal sementara.

Baca juga: Santri Gontor Dianiaya hingga Tewas, Menko Muhadjir: Sangat Disesalkan Ponpes Tidak Terbuka

Di bawah asuhan Kyai Ageng Muhammad Besari, pengajaran kitab-kitab berbahasa Arab sudah dilakukan.

Alumni Pesantren Tegalsari antara lain pujangga jawa yang bernama Raden Ngabehi Ronggowarsito dan tokoh pergerakan nasional, HOS Cokroaminoto.

Setelah Kyai Ageng Beshari wafat, pesantren dipimpin putra ketujuh yang bernama Kyai Hasan Yahya. Lalu digantikan Kyai Bagus Hasan Besari II dan dilanjutkan oleh Kyai Hasan Anom.

Pesantren Tegalsari berkembang hingga pertengahan abad ke-19 atau generasi keempat keluarga Kyai Besari.

Baca juga: Santri Gontor Tewas Dianiaya, Wapres Tegaskan Kekerasan di Lembaga Pendidikan Tak Boleh Terulang

Awal pendidian Pesantren Gontor

Pada abad ke-19 Masehi, Pesantren Tegalsari dipimpin Kyai Chalifah, anak keenam Kyai Hasan Besari.

Kala itu terdapat santri yang alim dan pandai bernama Sulaiman Jamaluddin yang berasal dari Cirebon. Ia kemudian menjadi menantu Kyai Chalifah.

Karena kealimannya, ia diberi tempat di tengah hutan belantara yang berjarak 3 km sebelah timur Pondok Pesantren Tegalsari atau 11 km ke arah tenggara dari Kota Ponorogo.

Dibantu 40 santri, ia mendirikan pondok pesantren seperti di Tegalsari.

Baca juga: Terbongkarnya Kasus Penganiayaan Santri Gontor, Lebam di Jasad Korban Jadi Petunjuk

 

Usai shalat Jumat. Sulaiman Jamaluddin dan istri ditemani 40 santri menuju lokasi yang ditunjukkan oleh mertuanya.' Di sanalah Kyai muda itu mendirikan pondok pesantren yang kini diberi nama Gontor.

Kala itu kawasan Gontor menjadi tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun dan pemabuk. Karena itu lah kawasan itu dijuluki sebagai "tempat kotor" atau dalam bahasa Jawa disebut enggon kotor.

Menurut riwayat, nama Desa Gontor berasal dari ungkapan tersebut.

Awalnya pelajaran yang diberikana hanyalah masalah keagamaan karena tujuannya untuk mengembalikan kesadaran masyarakat sekitar.

Baca juga: Kasus Tewasnya Santri Gontor, Kemenag Bakal Terbitkan Regulasi Cegah Kekerasan

DISAMBUT-- Pondok Modern Darussalam Gontor 2 menyambut kepulangan 41 santri yang sudah dinyatakan sembuh dari corona, Senin (3/8/2020).KOMPAS.COM/Dokumentasi Satgas Covid Pondok Gontor DISAMBUT-- Pondok Modern Darussalam Gontor 2 menyambut kepulangan 41 santri yang sudah dinyatakan sembuh dari corona, Senin (3/8/2020).
Pesantren Gontor yang dirintis Kyai Sulamaiman Jamaluddin itu semakin hari terus berkembang.

Termasuk saat dipimpin puteranya yang bernama Kyai Archam Anom Besari. Santrinya pun berasal dari berbagai daerah di Jawa termasuk dari Tanah Pasundan.

Setelah Kyai Archam wafat, pesantren tersebut dilanjutkan oleh generasi ketiga yakni Kyai Santoso Anom Besari. Sayangnya kegiatan pondok mulai surut.

Kyai Santoso pun meninggal dunia. Tak ada saudaranya yang melanjutkan kegiatan pondok.

Sang istri bersama tujuh anaknya pun bertekad untuk memajukan kembali pesantren yang dibangun nenek moyang dari suaminya.

Baca juga: Keluarga Korban Sesalkan Sikap Ponpes Gontor, Awalnya Sebut Almarhum Meninggal karena Sakit, Ternyata Dianiaya

Mereka tinggal di rumah sederhana dan terus mengerakkan kegiatan di masjid tua warisan keluarga Kyai Santoso.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Kosong, Stok Vaksin Antirabies di Sikka Sudah Tersedia

Sempat Kosong, Stok Vaksin Antirabies di Sikka Sudah Tersedia

Regional
Satreskrim Polres Merauke Tangkap Para Pelaku Jambret yang Beraksi di 6 Titik Berbeda

Satreskrim Polres Merauke Tangkap Para Pelaku Jambret yang Beraksi di 6 Titik Berbeda

Regional
Calon Bupati Independen di Aceh Utara Wajib Kantongi 18.827 Dukungan

Calon Bupati Independen di Aceh Utara Wajib Kantongi 18.827 Dukungan

Regional
Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Regional
Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Regional
Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Regional
Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Regional
Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Regional
Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Regional
Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Regional
Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Regional
Takut Ditangkap Warga, Pelaku Perampokan di Jambi Hamburkan Uang Rp 250 Juta Milik Korban ke Jalan

Takut Ditangkap Warga, Pelaku Perampokan di Jambi Hamburkan Uang Rp 250 Juta Milik Korban ke Jalan

Regional
Pelaku Perampokan Bersenjata Api di Toko Emas Blora Berhasil Ditangkap, Ternyata Komplotan Residivis

Pelaku Perampokan Bersenjata Api di Toko Emas Blora Berhasil Ditangkap, Ternyata Komplotan Residivis

Regional
Mantan Gubernur NTB Hadir dalam Sidang Pencemaran Nama Baik Tuduhan Perselingkuhan

Mantan Gubernur NTB Hadir dalam Sidang Pencemaran Nama Baik Tuduhan Perselingkuhan

Regional
Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com