Berdasarkan data yang dirilis kelompok kerja (Pokja) penanganan stunting NTT pada 18 Februari 2022, angka stunting di NTT juga masih cukup tinggi.
Angka stunting di NTT mengalami kenaikan 1,1 persen dari tahun 2021, sehingga berada di angka 22,0 persen di tahun 2022.
Sedangkan, untuk Kabupaten Alor, angka stunting pada tahun 2022 berada di angka 15,6 persen atau sebanyak 2.555 anak stunting.
Baca juga: Beda dengan Data Pusat, Dinkes Temukan 1.002 Anak di Padang Alami Stunting
Untuk Kecamatan Alor Barat Daya, jumlah anak stunting pada tahun 2022 sebanyak 294 anak.
"Kami sungguh menyadari bahwa persoalan stunting di masyarakat bukan saja menjadi urusan pemerintah, tapi persoalan stunting adalah persoalan bangsa yang harus dituntaskan bersama dan membutuhkan kolaborasi di semua kalangan," ujar dia.
Setelah melihat cukup banyak anak stunting di Kecamatan Alor Barat Daya, Jeane pun berinisiatif ikut berperan dalam program penurunan angka stunting di Kecamatan Alor Barat Daya.
Baca juga: Kasus Stunting di Surabaya Diklaim Menurun Drastis, Eri Cahyadi Targetkan Nol Kasus
Gerakan yang dilakukannya melalui pemberian makanan tambahan bagi 20 anak stunting. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 10.00 Wita di Markas Polsek Alor Barat Daya.
Selanjutnya, setiap dua minggu sekali, anak-anak stunting binaan Polsek Alor Barat Daya ini dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh tim medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Moru.
"(Pemeriksaan kesehatan) ini untuk memantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anak-anak stunting tersebut," kata Jeane.
Untuk penanganan stunting di Polsek Alor Barat Daya, awalnya diambil data balita stunting dari Puskesmas Moru.
Selanjutnya, dipilih 20 anak stunting untuk menjadi anak asuh Polsek Alor Barat Daya.