Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan Masyarakat Dayak Lundayeh, Sudah Terisolir, Jadi Korban Monopoli Harga

Kompas.com - 07/07/2022, 11:21 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Masyarakat adat Dayak Lundayeh di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kecewa atas harga tinggi bahan pokok penting sejak pandemi yang tak kunjung turun.

Mereka bergerak memblokade jalur Ba'kelalan Malaysia dan Long Midang, di perbatasan RI-Malaysia, sejak Selasa (5/7/2022).

Mereka mengaku sudah sangat muak dengan kondisi serba sulit dan terisolir, namun masih menjadi korban keadaan yang disinyalir akibat adanya permainan harga antara koperasi di Krayan dan koperasi di Malaysia.

Baca juga: Harga Bahan Pokok Perbatasan Melonjak Diduga akibat Monopoli, Masyarakat Dayak Lundayeh Blokade Pintu Indonesia-Malaysia

Skema perdagangan diatur koperasi, yang sebelumnya merupakan solusi perdagangan lintas batas di tengah pandemi.

Harga barang kebutuhan pokok penting (bapokting) di dataran tinggi Krayan, selalu jauh lebih mahal dari sebelum Covid-19 dan tak kunjung turun hingga hari ini.

Menanggapi aksi ini, Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid, melalui Kabag Protokol dan Koordinasi Pimpinan, Joned, mengatakan, Pemkab Nunukan mengusahakan untuk mengkomunikasikan masalah ini ke Pemrov Kaltara.

‘’Agar persoalan penunjukan koperasi ini mendapat solusi terbaik. Baik secara regulasi sebagaimana yang sudah menjadi kesepakatan dengan Sarawak, maupun aspirasi masyarakat dengan adanya perbedaan harga sebagaimana terjadi sekarang,’’jawabnya, Kamis (7/7/2022).

Tidak ada komentar lain, seperti bagaimana sementara ini mencukupi kebutuhan bahan pokok penting warga Krayan, atau apakah ada kebijakan tertentu, mengingat blokade jalur perbatasan, berarti membuat penjualan hasil bumi Krayan, seperti beras adan dan lainnya tidak bisa lagi dijual ke Malaysia.

‘’Intinya seperti itu," jelas Joned.

Baca juga: Asa Warga Dataran Tinggi Krayan Jelang Dibukanya Pintu Perbatasan RI–Malaysia...

Sebelumnya, koordinator aksi pemblokiran jalan Long Midang – Ba’kelalan Drs.Yuni Sere mengatakan, harga tinggi bahan pokok yang tak kunjung turun, menjadi pokok masalah yang terus dipertanyakan.

Warga Krayan, menuding ada monopoli harga pihak koperasi yang memanfaatkan kondisi sulit. Mereka masih berharap keuntungan tinggi dan rela mengorbankan masyarakat di batas negeri.

Sebagai contoh, harga gula pasir yang tadinya Rp 14.000- Rp 16.000 per kilogram sebelum pandemi Covid-19, dengan sistem perdagangan melalui koperasi yang jalan sampai hari ini, harganya dibanderol Rp 24.000- Rp 26.000 per kilogram.

Demikian juga dengan bahan bangunan. Semen misalnya, sebelum melalui koperasi dijual dengan harga Rp 180.000-Rp 230.000 per zak, begitu lewat koperasi, harga menjadi Rp 300.000 per zak.

"Karena RI dan Malaysia sudah masuk endemi, maka masyarakat menuntut supaya sistem perdagangan itu kembali seperti semula bebas (business to business) tanpa harus dengan berbagai persyaratan,"jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif BDB hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif BDB hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com