CIREBON, KOMPAS.com - Reni (36) dan Toto Tohari (39) masih menyimpan duka. Perjuangan pasangan suami istri mengobati putrinya yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD), berakhir. Putri kesayangan yang berusia sembilan tahun tutup usia satu pekan lalu.
Saat ditemui Kompas.com di rumahnya pada Jumat (26/4/2024) pagi, ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai pedagang jajanan ini, masih lemas. Dia belum dapat banyak beraktivitas lantaran masih berkabung.
Kesedihan Reni bukan tanpa alasan. Kematian anaknya yang ketiga ini membuatnya merasa benar-benar ditinggal.
Pertama, dia ditinggal anak pertamanya yang lahir prematur beberapa tahun lalu. Kedua, dia ditinggal anak keempatnya yang keguguran beberapa bulan lalu.
Baca juga: DBD di Lampung Melonjak, Brimob Gempur Permukiman Pakai Alat Fogging
Pekan lalu, Kamis (18/4/2024), anak ketiganya, perempuan berusia 9 tahun, juga meninggalkannya setelah terjangkit DBD. Serangan nyamuk Aedes Aegypti kepada anaknya ini, membuatnya merasa sangat sedih.
"Sedih, sering nangis sendiri, tapi berusaha diikhlaskan. Anak pertama prematur meninggal. Anak ke empat keguguran. Anak ke tiga meninggal DBD, tersisa anak ke dua,," kata Reni.
Reni menceritakan, lima hari sebelum meninggal, anaknya mengalami demam, pusing dan cenderung lemas.
Dia membawanya ke dokter praktek sekitar. Setelah dua hari pengobatan, tak kunjung sembuh, Reni kembali membawa ke dokter berbeda. Namun, hingga hari keempat belum juga sembuh.
Reni dan Toto yang khawatir akhirnya membawa ke salah satu rumah sakit di Cirebon. Hasilnya mengagetkan, suhu tubuh anaknya panas tinggi mencapai 45 derajat celsius. Anaknya langsung menjalani sejumlah pengobatan untuk proses penyembuhan.
"Kaget, kata dokter di rumah sakit anak saya panas tinggi sekali sampai 45, badan pada sakit semua, keluar bintik bintik, muntah, warna hitam. Padahal anak saya ga pernah kejang, jarang sakit. Jadi, jarak panas hingga meninggal dunia lima hari," terang Reni.
Baca juga: Kasus DBD di Bandung Barat Meningkat, 12 Orang Meninggal Dunia
Dari pengalamannya, Reni lebih menyarankan kepada orangtua agar langsung memeriksa kondisi anaknya ke puskesmas ataupun rumah sakit, saat terjadi hal darurat.
Dia menilai penangan segera yang tepat sasaran, mampu mempercepat proses penyembuhan sebelum tingkat keparahan penyakit meningkat.