Kumbang dan Intan lari hingga ke pinggiran danau. Segera, mereka mencari cara untuk menyeberang danau. Saat itu keduanya melihat piring Malawen, tanpa mengulur waktu mereka menyeberang menggunakan piring sakti itu.
Ternyata, piring itu membesar menjadi perahu.
Sementara, orang tua Intan marah luar biasa mengetahui kejadian itu. Amarahnya yang membara hingga terucap sumpah pada keduanya, lebih baik kalian menjadi buaya penunggu danau daripada menjalani hidup tanpa restu orang tua.
Baca juga: Legenda Danau Ranau, Kisah Pertarungan Rakian Sukat dengan Sepasang Naga
Tak lama setelah sumpah dilontarkan, muncul angin ribut dan langit menjadi gelap gulita. Guntur dan petir menyambar membelah angkasa, hujan lebat turun tanpa henti.
Piring sakti yang membawa Kumbang dan Intan terbalik di tengah danau.
Dengan begitu, kesaktian anak muda dikalahkan oleh kata-kata petuah orang tua.
Setelah kejadian singkat itu, kedua anak muda yang dimabuk asmara berubah menjadi sepasang buaya. Akhirnya, mereka menjadi buaya hitam dan putih penunggu danau.
Sementara, piring Malawen yang ditumpangi tenggelam di dasar danau. Dari legenda yang terkenal ini menjadi asal-usul nama Danau Malawen.
Sumber
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=4045
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.