Salin Artikel

Legenda Kumbang Bernaung, Asal-usul Nama Danau Malawen

KOMPAS.com - Danau Malawen terletak di Desa Sanggu, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Letak Danau Melawen lebih kurang 15 km dari Buntok, ibu kota Kabupaten Barito Selatan.

Danau Malawen merupakan obyek wisata yang kerap dikunjungi masyarakat Buntok.

Selain airnya jernih, daya tarik Danau Malawen adalah Legenda Kumbang Bernaung, yang menceritakan asal-usul nama Danau Malawen.

Legenda Kumbang Bernaung merupakan cerita rakyat Kalimantan Tengah.

Berikut ini Legenda Kumbang Bernaung.

Legenda Kumbang Bernaung

Ada keluarga sederhana yang hidup di pinggir hutan Dusun Sanggu. Dusun yang merupakann perkampungan kecil di tepi danau.

Keluarga tersebut hanya memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Kumbang Bernaung.

Mereka hidup dari bercocok tanam, mencari ikan di sungai serta danau, dan berburu untuk memenuhi kabutuhan daging.

Keluarga Kumbang Bernaung sangat menikmati limpahan kekayaan alam untuk menunjang kebutuhan hidup.

Kumbang Bernaung merupakan anak laki-laki yang sangat patuh pada orang tuanya. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tampan dan bersahaja.

Suatu ketika tersiar kabar bahwa di dusun tetangga akan ada suatu pertunjukkan. Kabar tersebut menjadi pembicaraan di masyarat dan sampai kepada Kumbang Bernaung yang tinggal di ujung kampung.

Saat waktu pertunjukkan tiba, Kumbang mohon izin pada orang tuanya untuk menonton pertunjukkan tersebut.

Ternyata kedatangan Kumbang di kampung tetangga menarik perhatian banyak orang, karena penampilannya lusuh. Dia terlihat pemuda yang paling miskin dari semua pemuda yang hadir.

Meskipun sedih, Kumbang tetap bertahan dalam acara pertunjukkan itu, karena ia belum pernah menyaksikan acara tersebut.

Saat pertunjukkan dimulai, semua orang terlihat bergembira begitupula dengan Kumbang. Namun tanpa disangka, matanya menyasar pada sosok gadis yang membuatnya terpesona.

Bagi Kumbang acara tersebut tidak saja meninggalkan kemeriahan melainkan juga rasa penasaran terhadap sosok gadis yang dilihat di acara tersebut.

Setelah datang ke acara pertunjukkan itu, perangai Kumbang menjadi berubah. Ia yang biasanya kenal periang dan patuh pada orang tua mulai senang melamun dan bersikap berontak.

Cara bicaranya yang biasanya penurut dan santun menjadi ketus dan asal bicara.

Kumbang mencari gadis pujaan hati

Beberapa minggu kemudian, Kumbang memutusakan pergi untuk mencari gadis yang telah memikat hatinya.

Tekadnya sudah bulat, Kumbang berangkat ke kampung seberang. Sampai di kampung itu, Kumbang selalu menanyakan tentang sosok wanita pada acara tersebut pada setiap orang yang dijumpainya.

Perlahan, ciri-ciri gadis mulai dikenali oleh orang yang ditanya Kumbang.

Usaha Kumbang tidak sia-sia, ia bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan menyatakan cinta.

Cinta Kumbang diterima gadis dari dusun tetangga yang kemudian diketahui bernama Intan.

Kumbang memiliki kegiatan baru, ia sering pulang pergi ke kampung tetangga dan melalaikan tugasnya. Akhirnya, Kumbang berterus terang pada orang tua dan bermaksud meminang gadis tersebut.

Tanpa banyak kata, orang tua Kumbang menyetujui keinginan anaknya serta mengingatkan bahwa Kumbang berasal dari kalangan orang yang kurang berada.

Dengan membawa restu kedua orang tuanya, Kumbang memberanikan diri menemui orang tua Intan untuk melamar.

Sayangnya, lamaran Kumbang ditolak oleh orang tua Intan, seketika hatinya langsung hampa. Dunia yang penuh keceriaan mendadak menjadi duka. Tidak hanya Kumbang, Intan pun ikut berduka.

Kemudian, keduanya memutuskan untuk kawin lari. Mereka tidak memperdulikan larangan orang tua.

Pada suatu malam, Kumbang dan Intan memutuskan untuk pergi dari rumah orang tua masing-masing. Mereka bertekad untuk membina rumah tangga.

Piring sakti 

Kumbang dan Intan lari hingga ke pinggiran danau. Segera, mereka mencari cara untuk menyeberang danau. Saat itu keduanya melihat piring Malawen, tanpa mengulur waktu mereka menyeberang menggunakan piring sakti itu.

Ternyata, piring itu membesar menjadi perahu.

Sementara, orang tua Intan marah luar biasa mengetahui kejadian itu. Amarahnya yang membara hingga terucap sumpah pada keduanya, lebih baik kalian menjadi buaya penunggu danau daripada menjalani hidup tanpa restu orang tua.

Tak lama setelah sumpah dilontarkan, muncul angin ribut dan langit menjadi gelap gulita. Guntur dan petir menyambar membelah angkasa, hujan lebat turun tanpa henti.

Piring sakti yang membawa Kumbang dan Intan terbalik di tengah danau.

Dengan begitu, kesaktian anak muda dikalahkan oleh kata-kata petuah orang tua.

Setelah kejadian singkat itu, kedua anak muda yang dimabuk asmara berubah menjadi sepasang buaya. Akhirnya, mereka menjadi buaya hitam dan putih penunggu danau.

Sementara, piring Malawen yang ditumpangi tenggelam di dasar danau. Dari legenda yang terkenal ini menjadi asal-usul nama Danau Malawen.

Sumber

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=4045

https://regional.kompas.com/read/2022/07/01/155838378/legenda-kumbang-bernaung-asal-usul-nama-danau-malawen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke