"Pilla Ndilu alias Pilla berperan sebagai orang yang memiliki dendam kepada korban Ngabi Laki Mbanju," sambung Fajar.
Karena dendam lanjut Fajar, Pilla lalu menyampaikan kepada pelaku Agustinus Raja Manu atau Agus Slow.
Dia lantas meminta bantuannya mencari perampok yang bisa dibayar atau disewa untuk membunuh korban Ngabi Laki Mbanju.
"Dendam yang dimaksud adalah istri dari Pilla pernah dicurigai oleh pelaku Pilla Ndilu selingkuh dengan Pide alias Ama Dohe, keponakan Ngabi Laki Banju. Namun, Ngabi Laki Mbanju mengabaikan kecurigaan Pilla Ndilu," kata Fajar.
Baca juga: Hama Belalang Merajalela di Sumba Timur, Petani Gagal Panen
Selain itu, Pilla juga menuding korban Ngabi pernah menggelapkan tiga ekor sapi miliknya.
"Pelaku Pilla juga pernah mencurigai korban dengan sengaja merusak pagar sawah miliknya dan memasukkan ternak sapi ke dalam sawah sehingga pelaku gagal panen," ujar Fajar.
Lantaran dendam berlebihan, pelaku Pilla kemudian memberikan uang Rp 17.500.000 kepada pelaku lain yakni Agus Slow.
Usai menerima uang, Agus Slow lalu menyerahkan kepada Gebby alias Ama Tamy untuk dibagikan kepada para eksekutor alias gerombolan perampok yakni Tinus, Nggiku, Viktor dan Ama Goris.
Baca juga: Wilayah di NTT Ini Alami 93 Hari Tanpa Hujan, BMKG: Paling Tinggi di Indonesia
Fajar menyebutkan, Agus Slow berperan mencari jaringan perampok yang bisa disewa untuk merampok dan membunuh korban dan istrinya.
Jaringan perampok yang bisa disewa, tinggal di kabupaten tetangga yakni Sumba Tengah.
Agus Slow lalu mengajak adiknya Jimmy Radja Mana untuk membantu menjemput para perampok di Waimanu, Kabupaten Sumba Tengah dan dibawa ke Wairundu - Rindi, Kabupaten Sumba Timur.
Mereka dijemput menggunakan mobil minibus Toyota Avanza.
Tiba di Sumba Timur, empat perampok dijemput pelaku lainnya yakni Bernabas Nggaba Daku Ranjak alias Nggaba.
"Nggaba memberi makan para perampok sebelum melakukan perampokan," ungkap Fajar.
Baca juga: Mandi di Sungai, 2 Remaja di Sumba Barat Daya Hilang Terbawa Arus