Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Kokonao, Jejak Pendidikan di Papua (Bagian 2)

Kompas.com - 10/06/2022, 10:35 WIB
Roberthus Yewen,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kampung Kokonao di Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika, Papua, merupakan salah satu pusat pendidikan di Bumi Cenderawasih pada periode 1928-1960-an.

Anak-anak dari daerah pegunungan di Papua, seperti Paniai, Dogiay, Deiyai, Intan Jaya, dan wilayah pegunungan Mimika, datang ke Kokonao untuk melanjutkan pendidikan formal.

Mereka datang untuk mengenyam pendidikan di Bescaving School (Sekolah Peradaban) yang dibuka Pastor J Aerts dan Pastor F Kowatzki bersama dua guru, Benediktus Renyaan dan Christianus Rettob.

Bescaving School merupakan sekolah formal pertama yang dibuka di Kokonao.

Para orangtua di pedalaman Papua biasanya mengantarkan anaknya yang telah memasuki usia sekolah ke Kokonao. Hal itu dilakukan setelah para orangtua disuruh pastor dan guru misionaris yang bertugas di daerah mereka.

Anak-anak yang berasal dari Paniai dan Deiyai biasanya diantar menggunakan pesawat milik Belanda. Mereka mendarat di Danau Paniai karena belum ada bandara saat itu.

Sedangkan anak-anak dari Mapia dan Moanemani diantar orangtuanya dengan berjalan kaki ke Kokonao. Sekali atau dua kali setahun, para orangtua akan mengunjungi anaknya yang bersekolah di Kokonao.

Pemandangan sebagian Kota Tua Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua dari ketinggian pada tahun 1960.Arsip Stichting Papua Erfgoed Pemandangan sebagian Kota Tua Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua dari ketinggian pada tahun 1960.
Sekolah dan asrama di Kokonao

Ketua Anak Cucu Guru Perintis Kabupaten Mimika Petrus Yanwarin mengatakan, Kokonao menjadi salah satu pusat pendidikan di Papua yang menerapkan pola kehidupan asrama.

Baca juga: Kisah Sekolah di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Hanya Punya 3 Kelas dan 2 Guru

Tak heran pola asrama yang diterapkan ini berhasil mendidik anak-anak Papua yang datang dan sekolah di Kokonao.

Menurut Petrus, guru-guru didatangkan oleh misi Katolik dari Langgur Key ke Kokonao sejak 1928. Mereka memiliki tugas utama untuk mendidik anak Papua yang datang menempuh pendidikan di Kokonao.

“Saat datang ke Kokonao bapak guru dari Key ini bersama pastor membuat asrama seadanya. Pembuatan asrama ini dibantu oleh masyarakat yang ada di Kokonao,” kata Petrus saat berbincang beberapa waktu lalu.

Petrus mengatakan, asrama yang dibuat itu awalnya dibuat untuk anak-anak guru perintis yang ditugaskan di wilayah Mimika, mulai dari Kokonao di Mimika Barat hingga Mimika Timur dan wilayah pegunungan seperti Meepago, Moni, dan Amungme.

Asrama itu dibuat untuk anak-anak mereka agar bisa tinggal dan menetap di Kokonao. Kelamaan, asrama yang dibuat untuk anak-anak guru perintis ini diubah untuk bisa menampung anak-anak Papua dari berbagai daerah yang bersekolah di Kokonao.

“Anak-anak yang masuk dan tinggal di asrama untuk sekolah tentunya tidak sembarang, tetapi diseleksi dari setiap kampung. Yang dianggap memiliki kemampuan dan siap untuk sekolah dan dibina barulah dimasukkan ke asrama untuk sekolah di Kokonao,” kata pria yang lahir besar di Mimika ini.

Petrus merasakan pendidikan berpola asrama selama menempuh pendidikan di Kokonao. Ia merasakan pendidikan Kokonao dulu berbeda dengan saat ini. Meski makan di asrama pada waktu itu tidak seenak seperti saat ini.

“Kami di asrama hanya makan sagu lepeng, sagu sinole, pisang dan ada juga nasi. Itu pun kami makan sambil belajar di Kokonao. Memang makan seadanya, tetapi dari pola pembinaan yang kami rasakan selama ini Kokonao berbeda seperti saat ini,” ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sumur Warga Mulai Kering, Wali Kota Semarang Minta Warga Irit Air

Sumur Warga Mulai Kering, Wali Kota Semarang Minta Warga Irit Air

Regional
Menyoal Kasus Kematian Vina Cirebon 8 Tahun Lalu, dari Salah Tangkap hingga Teka-teki Orang Tua Buronan

Menyoal Kasus Kematian Vina Cirebon 8 Tahun Lalu, dari Salah Tangkap hingga Teka-teki Orang Tua Buronan

Regional
Ayah Perkosa Anak karena Istri Jadi TKW Kembali Terjadi di Mataram NTB

Ayah Perkosa Anak karena Istri Jadi TKW Kembali Terjadi di Mataram NTB

Regional
Aniaya dan Ancam Jual Istri, Pria di Kubu Raya Ini Ditangkap

Aniaya dan Ancam Jual Istri, Pria di Kubu Raya Ini Ditangkap

Regional
Tak Ada Kabar Sejak Minggu, Warga Lampung Ditemukan Tewas di Gorong-gorong Ungaran

Tak Ada Kabar Sejak Minggu, Warga Lampung Ditemukan Tewas di Gorong-gorong Ungaran

Regional
Petani di Daerah Lumbung Beras Sulsel Mulai Menggunakan Drone untuk Basmi Hama di Sawah

Petani di Daerah Lumbung Beras Sulsel Mulai Menggunakan Drone untuk Basmi Hama di Sawah

Regional
Soal 'Study Tour', ASITA Solo Sarankan Gunakan Armada Layak dan Biro Perjalanan Tersertifikasi

Soal "Study Tour", ASITA Solo Sarankan Gunakan Armada Layak dan Biro Perjalanan Tersertifikasi

Regional
Situs Web Pemkot Unggah Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Kominfo: Kena Retas

Situs Web Pemkot Unggah Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Kominfo: Kena Retas

Regional
Transparansi Berita Pencalonan Mbak Ita, Pemkot Semarang Lakukan Evaluasi hingga Investigasi

Transparansi Berita Pencalonan Mbak Ita, Pemkot Semarang Lakukan Evaluasi hingga Investigasi

Regional
Bupati Blora: Pembangunan Ruas Jalan Jepon-Bogorejo Senilai Rp 6,48 Miliar

Bupati Blora: Pembangunan Ruas Jalan Jepon-Bogorejo Senilai Rp 6,48 Miliar

Regional
Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Regional
Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Regional
Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com