Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Kokonao, Jejak Pendidikan di Papua (Bagian 1)

Kompas.com - 10/06/2022, 08:15 WIB
Roberthus Yewen,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Piet menjelaskan, tugas awal guru-guru yang didatangkan dari Key ini tak semudah tenaga pengajar saat ini. Guru yang tersebar di sepanjang Mimika Barat hingga Mimika Timur ini tak langsung mengajar di kelas.

Mereka harus beradaptasi dengan budaya dan lingkungan di Kokonao dan sekitarnya. Bahkan, mereka harus mengumpulkan masyarakat yang hidup tersebar di sepanjang aliran sungai di Mimika Barat hingga Mimika Timur.

“Sehingga, guru-guru bantu kumpul mereka di perkampungan yang sekarang ada di Kokonao dan di kampung-kampung yang ada di Mimika Barat dan Mimika Timur,” jelasnya.

Jadi pusat pendidikan formal di Papua

Pemerhati pendidikan di Papua, Emanuel Petege, mengatakan, Kokonao telah menjadi pusat pendidikan formal di Papua sejak 1928.

Anak-anak dari daerah pegunungan di Papua, seperti Paniai, Dogiay, Deiyai, Intan Jaya, dan wilayah pegunungan Mimika, datang ke Kokonao untuk melanjutkan pendidikan formal.

Emanuel menjelaskan, pos pemerintahan dan misi katolik dibuka di Kokonao pada 1928. 

Setelah itu, para pastor mulai memikirkan membuka sekolah di Kokonao. Bescaving School (Sekolah Peradaban) merupakan sekolah pertama yang dibuka di Kokonao.

Setahun setelah Pastor F Kowatzki dan dua guru berada di Kokonao, Pastor Herman Tillemans tiba di wilayah itu. Pastor Herman yang tiba pada 27 Desember 1929 melakukan pelayanan misi Katolik dan pendidikan di Kokonao.

Setelah itu, sekolah khusus siswa putra dengan tiga kelas dibuka. Sekolah itu diberi nama Jonges Ver Volg (JVV). Sementara kelas empat hingga enam disebut Ver Volg School (VVS).

Sedangkan sekolah untuk siswa putri diberi nama Meijes Ver Volg School (MVVS). Sekolah itu memiliki enam tingkatan kelas. Seluruh sekolah itu berpusat di Kokonao.

“Nanti setelah sekolah di Kokonao, maka akan dilanjutkan sekolah guru lagi di Kabupaten Fak-Fak dan Jayapura,” ungkapnya.

Setelah sejumlah sekolah formal dibuka di Kokonao, wilayah itu menjadi pusat pendidikan di Papua. Hal ini yang membuat anak-anak dari sejumlah wilayah lain di Papua datang ke Kokonao.

Para siswa siswi SMP YPPK Lecoq di Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua pada tahun 1969.Arsip Stichting Papua Erfgoed Para siswa siswi SMP YPPK Lecoq di Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua pada tahun 1969.
Saat itu, memang sekolah formal hanya ada di Kokonao. Sedangkan di wilayah pegunungan hanya ada sekolah rakyat (SR) yang mengajarkan anak-anak cara membaca dan berhitung.

Setelah mendapatkan pendidikan di sekolah rakyat, meski belum lancar, anak-anak itu baru dikirim ke Kokonao untuk mengenyam sekolah formal.

“Hampir semua anak-anak di pegunungan turun sekolah di Kokonao. Karena di pegunungan belum ada sekolah formal. Hanya sekolah-sekolah yang dibuka oleh guru-guru penginjil, tetapi ini hanya sebatas Sekolah Rakyat (SR). anak-anak dari daerah pegunungan dikirim mulai tahun 1952-1961 untuk sekolah di Kokonao,” jelas Emanuel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

Regional
Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Regional
PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

Regional
Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Regional
Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Regional
Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Regional
Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Regional
Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Regional
Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Regional
Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Regional
Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Regional
Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Regional
Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Regional
Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Regional
Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com