Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Sorgum sebagai Pengganti Beras

Kompas.com - 03/06/2022, 07:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya hanya pernah memakan nasi jagung, sekian puluh tahun yang lalu, ketika mengalami tahun-tahun sulit makan.

Dengan hanya dikukus lalu dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam, nasi jagung sudah cukup mengenyangkan.

Namun nasi jagung kemudian hilang dari meja makan, seiring dengan membaiknya ekonomi negara. Itu terjadi pada tahun 1970-1980.

Seandainya program diversifikasi pangan yang digagas pemerintah sejak lama berhasil, maka krisis beras mungkin tidak pernah terjadi.

Jagung, sagu dan sorgum yang sudah disukai penduduk sebagai pangan alternatif akan membuat orang tidak panik saat harga beras naik.

Dan Indonesia pun dapat menjadi eksportir beras, bukan importir beras seperti saat ini, walau volumenya terus menurun dari beberapa tahun yang lalu.

Maka yang perlu dilakukan oleh pemerintah setelah Presiden mencanangkan kembali diversifikasi beras dengan sorgum dan lain-lain di Sumba Timur itu adalah membuat sorgum tersedia di pasar-pasar tradisional dan swalayan seperti halnya mie instan.

Kemudian perlu ada kampanye tentang konsumsi pangan alternatif itu secara kontinyu, dengan ragam olahan yang praktis, dengan harga yang kompetitif.

Pada tahap awal tentu masyarakat NTT sendiri yang perlu memelopori kembali sorgum sebagai nasi yang dikonsumsi sehari-hari.

Pada saat yang sama produksi sorgum perlu ditingkatkan secara luas, dengan model usaha inti-plasma antara perusahaan dan petani penggarap. Pemerintah pusat dan daerah perlu memberi bantuan dan dukungan untuk program ini.

Tanpa menunggu waktu lama, sekarang juga pemerintah dan pengusaha bisa memulai pengenalan nasi sorgum, dll, sebagai pangan pengganti beras.

Mungkin perlu ditetapkan agar kantor-kantor pemerintah pusat dan BUMN untuk wajib menyajikan makan nasi sorgum, dll, dalam berbagai variasi masakannya, seperti nasi goreng sorgum seafood, pada saat mengadakan rapat/pertemuan yang memerlukan penyediaan makan siang/malam.

Ini dilakukan selama satu-dua tahun sampai orang terbiasa mengonsumsi pangan non-beras.

Dengan distribusi yang mudah diperoleh, harga yang bersaing, dan publikasi yang luas tentang variasi pengolahannya, maka sorgum, dll, akan benar-benar menjadi pangan alternatif yang dapat diandalkan.

Dengan demikian, kebutuhan gizi penduduk akan tercukupi, impor beras akan berkurang, ketahanan pangan akan membaik, dan daerah-daerah penghasil sorgum akan semakin maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com