KOMPAS.com - Naharuddin (64) menceritakan perjuangannya selamat usai KM Ladang Pertiwi 02 tenggelam di Selat Makassar, Kamis (26/5/2022).
Ditemui di sebuah kamar penginapan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022), Naharuddin menilai apa yang terjadi terhadap dirinya merupakan sebuah mukjizat.
Baca juga: 10 Korban KM Ladang Pertiwi Ditemukan Nelayan, Total Jadi 31 Penumpang Selamat
”Kuasa Tuhan, ini mukjizat. Saya tak menyangka bisa selamat. Melihat ombak setinggi lebih dari 3 meter saat itu yang mengempas kapal, saya hampir tak percaya jika masih bisa selamat,” tutur Naharuddin, dikutip dari Kompas.id, Senin (30/5/2022).
Baca juga: Mengapung Pakai Jeriken, Penumpang KM Ladang Pertiwi Ini Berusaha Tak Terpisah dari Ibu dan Adiknya
Naharuddin menceritakan, KM Ladang Pertiwi memulai pelayaran dari Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/5/2022) petang.
Saat memulai pelayaran dengan tujuan Liukang Kalmas, wilayah kepulauan Pangkep, cuaca tak bagus. Namun, sebagai orang pulau, Naharuddin berpikir semua akan baik-baik saja.
Kapal yang memuat berbagai barang kebutuhan pokok itu, termasuk bahan untuk pembuatan menara salah satu operator telepon seluler, terus berlayar.
Keesokan harinya, Kamis (26/5/2022), sekitar pukul 08.00 Wita, kapal mengalami kerusakan mesin.
“Saat itu kapten kapal mulai membetulkan mesin. Sementara, di luar, ombak mengempas kapal. Awalnya masih ombak sekitar 1 meter. Beberapa saat diperbaiki, mesin kapal tak kunjung hidup. Di luar ombak semakin tinggi,” katanya.
Naharuddin mulai mengambil pelampung miliknya dan bersiap untuk situasi terburuk.
Dia melihat puluhan penumpang lain, terutama perempuan dan anak-anak, masih berbaring di kamar menunggu kapal membaik.
Anak dan cucu Naharuddin ada di antaranya. Dia coba mengajak semua keluar, tapi umumnya memilih tetap di dalam kapal.
Tiba-tiba saat berdiri di geladak, ombak besar lebih dari 3 meter menerjang kapal. Naharuddin spontan melompat ke laut.
"Saya tak tahu lagi penumpang lain, termasuk anak dan cucu saya. Di sekitar saya saat itu delapan penumpang lain juga ikut melompat. Ada yang memegang gabus, karung roti, ada yang pakai papan,” katanya.
Gempuran ombak terus-menerus membuat kapal menungging di bagian depan. Tak lama berselang, setelah melompat dan berbalik menengok ke arah kapal, dia melihat kapal itu sudah tenggelam.
Menurut dia, posisi saat kapal menungging hingga tenggelam seperti adegan pada film Titanic. Bedanya, bagian tengah kapal tak patah, tetapi tenggelam utuh.