Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Permukiman Tertua di Kawasan IKN Ini Nikmati Air dari Sungai dan Embung

Kompas.com - 25/05/2022, 05:26 WIB
Zakarias Demon Daton,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PENAJAM PASER UTARA, KOMPAS.com - Masyarakat di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), masih mengonsumsi air dari Sungai Mentawir karena tak ada pasokan air bersih.

Jarak Kelurahan Mentawir dengan titik nol ibu kota negara (IKN) sekitar 12 kilometer. Daerah ini akan masuk dalam kawasan pengembangan IKN.

Selain Mentawir, Kelurahan Pemaluan yang sebagian wilayahnya masuk kawasan inti pusat pemerintah (KIPP) juga demikian. Mereka justru mengonsumsi air dari embung.

Baca juga: Ada IKN Ini Kami Merasa Waswas, Khawatir Hak Masyarakat Adat Tak Dihargai

Dua daerah ini belum mengakses air bersih PDAM. Sebab, tak ada jaringan instalasi air bersih.

"Sampai sekarang kami masih konsumsi air dari Sungai Mentawir untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Tapi untuk minum dari air (sumur) bor," ungkap Kepala Adat Paser Kelurahan Mentawir, Sahnan (53) saat ditemui tim Kompas.com menyambangi kediamannya di Mentawir, Sabtu (22/5/2022) sore.

Padahal, Mentawir dan Pemaluan merupakan dua pemukiman tertua di Kecamatan Sepaku. Di sini hidup warga dari berbagai suku seperti Paser, Bugis, Banjar, Madura, Buton, Jawa, dan lainnya.

"Tapi kami semua keluarga karena perkawinan silang," kata Sahnan.

Sahnan bilang meski selama puluhan tahun tak ada pasokan air bersih, namun hidup masyarakat di sana tak kekurangan air meski kualitas airnya sungai.

Begitu juga Lurah Pemaluan, Ari Rahayu Purwati saat ditemui terpisah di kantor Lurah Pemaluan, Senin (23/5/2022).

Baca juga: Proyek Intake Sepaku untuk IKN Dikebut, Sisa Pembebasan Lahan Diklaim Tak Jadi Soal

"Jaringan PDAM belum masuk ke sini. Masyarakat kami sebagian pakai air dari embung dan sumur bor," kata Ari.

Meski begitu, Ari mengaku warga tak pernah keberatan atas masalah tersebut.

Kendati demikian, Sungai Mentawir mendapat ancaman limbah tambang batu bara. Bekas galian lubang tambang yang tak direklamasi memberi dampak bagi nelayan dan petani.

"Limbah tambang merusak anak sungai, ikan-ikan mati, kayu-kayu saja mati imbas tambang," kata Sahnan.

Sahnan mengaku sudah mengadukan hal tersebut ke anggota DPR RI atas masalah tersebut. Namun, hingga kini belum ada solusi.

Baca juga: Lewat Intake Sepaku, Air di IKN Nantinya Bisa Diminum dari Keran

Hadirnya IKN dalam pandangan Sahnan bisa memberi ancaman. Dia mengaku kekhawatir pembangunannya bisa berdampak pada Sungai Mentawir.

"Kami khawatir yang jelas berdampak ke kami. Karena sungai kami terganggu. Otomatis pembangunan IKN bikin kayu-kayu akan habis. Imbas ke sungai kami," terang dia.

Waduk Sepaku Semoi yang dibangun di Desa Sepaku dan Intake Sepaku untuk menyuplai air ke IKN pun belum menyentuh ke Kelurahan Mentawir dan Pemaluan.

"Sampai sekarang belum ada informasi kami dapat pasokan air bersih dari waduk itu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Timnas Menang atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi Sambil Bunyikan Klakson

Timnas Menang atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi Sambil Bunyikan Klakson

Regional
Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com