Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2022, 08:47 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PENAJAM PASER UTARA, KOMPAS.com – Lubang bekas galian tambang di wilayah Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, menuai banyak persoalan.

Atas dasar itulah, tim Kompas.com - Fabian Januarius Kuwado, Ardi Priyatno Utomo, dan Zakarias Demon Daton - mencoba menelusurinya, Sabtu (21/5/2022).

Dari Kota Balikpapan, kami menempuh jalur darat menuju salah satu desa yang terletak di pesisir Teluk Balikpapan, yakni Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Berdasarkan informasi, di desa yang masuk ke dalam kawasan pengembangan Ibu Kota Nusantara itu terdapat lubang bekas tambang batu bara.

Setelah menyusuri kombinasi jalan aspal dan jalan rusak selama sekitar empat jam, akhirnya kami tiba di Desa Mentawir.

Kondisi jalan rusak di Desa Argomulyo, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Kondisi jalan rusak di Desa Argomulyo, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Orang yang kami temui pertama kali di desa itu, yakni Pak Lamale. Ia adalah mantan Ketua RT setempat selama 22 tahun.

Kepada dia, kami menanyakan perihal akses menuju lubang tambang di desa. Ia tersenyum mengawali jawabannya.

“Ya, saya sudah beberapa kali mencoba ke tambang, enggak boleh. Ada penjaganya,” ujar Lamale ketika dijumpai di rumahnya.

Bila warga setempat saja tidak diperkenankan masuk, apalagi orang luar seperti kami.

“Kecuali mungkin ada kepentingan khusus terkait tambang itu, baru diperbolehkan masuk,” lanjut pria yang tinggal di Desa Mentawir sejak tahun 1979.

Ia menambahkan, akses menuju ke lokasi tambang pun sulit dijangkau dari desanya. Akses utama area itu adalah dari Bukit Bengkirai yang berjarak tempuh berjam-jam dari Mentawir, atau pelabuhan khusus di area Teluk Balikpapan yang hanya dapat diakses dengan perahu.

Lamale bercerita, area tambang itu memang menuai banyak persoalan. Pertama soal keberadaan tambang. Menurut dia, keberadaan tambang itu saja sudah menggerus mata pencaharian warga.

Sebab, sebelum tambang dibuka, lokasi tersebut biasa digunakan warga untuk bertani dan berternak.

“Memang sih ketika perusahaan pertama itu datang untuk membuka tambang, dia bekerjasama dengan masyarakat untuk lapangan pekerjaan. Tetapi setelah habis batunya, (lubang bekas tambang) ditinggal begitu saja. Itu asal muasal lubang pertama,” ujar Lamale.

Lamale, warga Desa Mentawir. Ia mengungkapkan perihal pencemaran air bersih yang disebabkan oleh lubang bekas tambang di dekat desanya. KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Lamale, warga Desa Mentawir. Ia mengungkapkan perihal pencemaran air bersih yang disebabkan oleh lubang bekas tambang di dekat desanya.

Kemudian, perusahaan kedua datang untuk mengksplorasi area itu. Eksplorasi sempat dilakukan sehingga menyebabkan lubang baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com