Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Penangkapan Viral, Pengembangan Kasus 22 Kg Sabu dari Malaysia Berhenti

Kompas.com - 18/05/2022, 10:58 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TARAKAN, KOMPAS.com – Pengungkapan peredaran gelap 22 kilogram sabu asal Malaysia yang hendak dipasarkan di wilayah Berau, Kalimantan Timur, terpaksa terhenti di tengah jalan.

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Utara (BNNP Kaltara) Brigjend Pol Rudi Hartono mengungkapkan, pengembangan kasus itu harus berhenti karena video amatir penangkapan salah satu tersangka pada Jumat (13/5/2022) beredar di media sosial.

"Karena terlanjur diunggah di media, informasi di kutub utara cepat sekali sampai di kutub selatan. Kami bersama Bea Cukai masih di Pelabuhan Tanjung Selor mau ke sana sudah viral. Jadi saya katakan kasus ini terhenti di tengah jalan, kita hanya bisa mengamankan kurir," ujar Rudi, Selasa (17/5/2022).

Baca juga: Ngaku Pegawai Kejari, Pria Ini Ditangkap Saat Selundupkan Sabu ke Lapas Cilegon

Video yang dimaksud Rudi adalah penangkapan laki-laki dengan kaos tanpa lengan berwarna merah dengan celana pendek coklat dan memakai topi, viral di media sosial.

Rekaman gambar yang diunggah Jumat (13/5/2022) tersebut, memperlihatkan seorang pria yang terborgol dalam posisi duduk di pinggir jalan.

Belakangan, ia diketahui bernama UD (51) warga Sulawesi Selatan. Petugas memergokinya tengah membawa paket yang diduga narkotika golongan I jenis sabu seberat 22 kilogram dan 94 butir pil ekstasi.

Barang haram asal Malaysia tersebut, rencananya akan dibawa ke Berau Kalimantan Timur melalui jalur darat, dengan melewati jalur Sekatak Buji dan Kota Tanjung Selor.

Baca juga: Bawa Sabu dalam Bungkus Rokok, Pria Asal Bima Ditangkap di Pelabuhan Labuan Bajo

Namun, perjalanannya akhirnya berhenti karena ia diamankan petugas BNNP Kaltara di pinggir jalan Desa Panca Agung, Pimping, Kabupaten Bulungan.

Meski menyesalkan viralnya video penangkapan tersebut, Rudi mengaku tidak bisa menyalahkan masyarakat.


Kendati demikian, sebaiknya masyarakat tidak langsung mengunggahnya di media sosial sehingga menjadi kendala dalam pengembangan kasus bagi petugas.

Rudi menegaskan, Kaltara saat ini menjadi wilayah nomor empat di Indonesia dalam perkara narkotika.

Daerah ini butuh perhatian serius karena terlalu banyak jalur jalur tikus yang rawan menjadi celah untuk pengiriman narkoba.

"Khusus Tarakan, bermain di 168 kepulauan kecil di Tarakan enggak gampang. Berapa beloknya sungai kecil, kalau tidak menggerakkan Bea Cukai dan instansi lain, tidak akan bisa," katanya.

Baca juga: Hendak Pesta Sabu di Rumah Warga, Pria di Sumenep Diringkus Polisi

Kerawanan Kaltara juga dibuktikan dengan jumlah penghuni lapas yang mayoritas didominasi narapidana kasus narkoba.

Lapas Tarakan contohnya, dari jumlah 1.450 lebih narapidana, sekitar 85 persennya adalah terlibat peredaran obat terlarang.

Kesulitan lain, adalah betapa terstruktur dan masifnya para pelaku narkoba.

Mereka memiliki jaring komunikasi yang terputus, memiliki pengirim dengan jalur terputus, bahkan ada aliran dana dengan nama-nama anonim.

Demikian pula dengan sistem pengiriman dan pemasaran. Para pelaku narkoba memiliki safe house, menyimpan narkoba pada koordinat tertentu, yang kadang di kedalaman air dengan pemberat, yang nantinya diambil oleh penyelam.

"Selanjutnya mungkin kita akan lebih hard power. Selama ini kami masih memberikan keleluasaan mereka menjunjung tinggi hak asasi manusianya. Tapi kalau mereka sudah menggunakan berbagai cara, maka kita juga bisa menggunakan beragam cara," tegasnya.

Baca juga: Pakai Sabu Saat Live di Medsos, Perempuan di Padang Ditangkap

BNNP Kaltara menegaskan komitmennya dalam memerangi narkoba. Mereka terus menggalakkan desa Bersih Tanpa Narkoba (Bersinar).

BNNP Kaltara juga berencana bekerja sama dengan Perbankan untuk membekukan sejumlah nomor ATM yang terdata dalam jaringan narkoba.

Langkah ini dilakukan agar rantai aliran dana bisnis narkoba terputus.

"Mungkin kita minta perbankan memblokir rekening yang terdata di situ. Karena BNN pada dasarnya boleh melakukan seperti itu. Karena kalau dibiarkan, akan jadi kartel besar ini Kaltara," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Regional
Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

Regional
Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com