Virus yang menginfeksi akan membuat sapi demam hingga 41 derajat celsius, tidak nafsu makan, menggigil, produksi susu berkurang drastis.
Sapi yang terinfeksi PMK juga menunjukkan tanda-tanda kerap menggosokkan bibir, menggertakan gigi, dan mengeluarkan liur.
Selain itu, pada kasus sejumlah sapi yang terinfeksi mengalami pincang karena luka pada kaki yang berakhir dengan kuku yang lepas.
"Mortalitasnya sapi yang dewasa itu 1-3%. Tetapi untuk anak sapi, umurnya kurang dari enam bulan itu kematiannya besar 50-60%," kata Prof Helmi.
Baca juga: Cegah PMK, Pemkab Lumajang Siagakan Dokter Hewan di Semua Pasar Hewan
Berdasarkan catatan litbang Kementerian Pertanian, Indonesia sudah bebas dari PMK sejak tahun 1986. Lalu, status ini diakui oleh ASEAN pada 1987, dan secara internasional oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) pada 1990.
Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia pada 1887 di Malang, Jawa Timur. Lalu penyakit ini menyebar ke daerah lain. Penyakit ini sempat mereda di era 1980-82, tapi kemudian muncul kembali pada 1983. Berdasarkan catatan ini, setidaknya butuh satu abad sampai Indonesia dinyatakan bebas PMK.
Baca juga: Cerita Peternak Sapi di Gresik, Gagal Untung akibat Wabah PMK
OIE menyebut penyakit ini tidak mudah menular ke manusia, dan bukan merupakan risiko kesehatan masyarakat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan virus PMK sangat jarang meloncat ke manusia.
"Jadi tidak perlu khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.
Bagaimana pun, persoalan penularan PKM dari hewan ternak ke manusia menjadi perdebatan selama bertahun-tahun.
Baca juga: Cerita Peternak Sapi di Gresik, Gagal Untung akibat Wabah PMK
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Profesor Wasito, menyinggung kasus yang terjadi pada 1834, saat tiga dokter kemungkinan besar tertular PMK dari susu sapi yang mereka minum.
Kasus lainnya ditemukan di Inggris, pada 1966.
"Dengan gejala klinis yang sama dengan sapi [terinfeksi PMK). Kecuali, pada manusia tidak keluar air ludah yang terus menerus. Tapi gejala yang lain sama, ada lepuh-lepuh pada mulut, kemudian bagian lidah, kemudian pada kaki.
Karena serotype yang menyebabkan manusia sakit tertular penyakit mulut dan kuku, sampai detik ini masih sama serotypenya," kata Prof Wasito.
Baca juga: 25 Kambing di Lumajang Batal Dikirim ke Bali Imbas Wabah PMK