SEMARANG, KOMPAS.com - Siapa sangka, ternyata Kota Semarang merupakan salah satu pemasok kopi nusantara terbesar pada tahun 1929-an.
Sebuah artikel terbitan De Locomotief pada 2 Oktober 1947 menyebutkan, pada tahun 1929, Semarang mampu memasok 326 ton atau 69 persen ekspor kopi seluruh Hindia-Belanda.
Dari jumlah itu, kira-kira 200 ton atau 60 persen kopi yang dipasok berasal dari Margo Redjo, sebuah pabrik kopi bersejarah di daerah Pecinan, tepatnya di Jalan Wotgandul Barat, No. 14 Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Bangunan tua itu yang berumur lebih dari satu abad itu letaknya tersembunyi, tak ada plang papan nama di pinggir jalan sebagai penanda bangunan. Dari depan yang terlihat hanyalah bangunan bertembok putih, dengan pintu besi abu sebagai jalan masuk.
Bangunan itu kini disebut sebagai rumah penyangrai yang menyajikan berbagai biji kopi dari ujung Sabang hingga Merauke.
Generasi ketiga pengelola Margo Redjo yang sekarang bernama Dharma Botique Roastery, Widayat Basuki Dharmowiyono, mengatakan, awalnya pabrik kopi ini didirikan di Cimahi, Jawa Barat oleh kakeknya, bernama Tan Tiong le.
Selang sembilan tahun, Tan Tiong le memindahkan pabriknya ke kota kelahirannya, Semarang.
"Dulu sebelum berbisnis kopi, sudah mencoba berbagai jenis usaha. Ada roti dan kayu," tutur Basuki kepada Kompas.com, Selasa (10/5/2022).
Sembari bercerita, Basuki berjalan menuju pabrik kopi tua yang letaknya tepat di belakang rumah penyangrai biji kopi.
Bangunannya tidaklah megah. Namun ketika masuk ke dalam, pengunjung akan melihat dua mesin penyangrai biji kopi berukuran besar.
Mesin utama, berkapasitas 100 kilogram dalam satu kali beroperasi. Sedangkan satu mesin lainnya, berkapasitas 60 kilogram.
Di seberangnya, ada pula tiga mesin penggiling kopi yang tidak lagi beroperasi.
Basuki menuturkan, dua mesin penyangrai itu sudah tidak beroperasi sejak tahun 1970-an. Hal ini lantaran sudah tidak ada bahan bakar gas batu bara.
"Dari awal dipasang sampai sekarang, mesin-mesinnya masih ada dan tidak pernah dipindah-pindah. Dari dulu masih disini," kata Basuki sambil menunjuk mesin.
Hebatnya, hasil kopi dari mesin-mesin tua itu pernah berhasil mengekspor sejumlah pasokan kopi hingga ke Malaysia dan Singapura.